Jakarta (ANTARA) - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama meminta seluruh warga untuk rutin menggencarkan Gerakan 1 Rumah 1 Kader Jumantik (G1R1J) guna mencegah kasus dengue (demam berdarah) semakin meningkat.

“Untuk mencegah puncak dengue terjadi pada bulan April 2024, saya sarankan untuk menggencarkan G1R1J dengan menunjuk petugas Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN) di rumah,” kata Ngabila dalam talkshow di Jakarta, Kamis.

Ngabila menuturkan peran petugas PSN dapat melibatkan anggota keluarga seperti orang tua, anak hingga asisten rumah tangga (ART) yang dilakukan dengan prinsip 3 x 10 setiap jumat pagi.


Ia menjelaskan prinsip 3 x 10 adalah memeriksa kondisi seluruh air di berbagai tempat sekitar rumah yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk (breeding place) dan adanya jentik nyamuk setiap jam 10 pagi selama 10 menit dengan durasi waktu minimal 10 minggu sekali.

Baca juga: Target nol kematian akibat DBD 2030, Kemenkes gaet Biofarma dan Takeda

Baca juga: Kemenkes pastikan nyamuk ber-Wolbachia tidak menyerang lebih ganas


“Kenapa harus 10 pagi? karena nyamuk dengue yaitu Aedes Aegypti suka aktif pada pagi hari dari jam 08.00-10.00 WIB dan sore hari di jam 15.00-17.00 WIB,” katanya.

Menurutnya untuk menggencarkan program PSN 3M Plus tersebut secara rutin, masyarakat bisa saling mengingatkan dan mengajak sesama setidaknya di tingkat RT/RW dengan menggunakan toa masjid, musholla, surau atau rumah ibadah lainnya.

Adapun 3M Plus  yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air dan mendaur ulang berbagai barang yang berpotensi jadi tempat berkembang biak nyamuk.

Sementara itu, beberapa poin plus yang dapat masyarakat lakukan adalah menanam tanaman penangkal nyamuk contohnya lavender dan sereh, memeriksa tempat yang kemungkinan jadi penampungan air, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti cupang hingga menggunakan obat anti nyamuk.

Dalam kesempatan itu Ngabila turut mengingatkan, jika anggota keluarga mengalami demam dalam kurun waktu dua hari dan tidak membaik di rumah, masyarakat perlu mewaspadainya karena adanya potensi terkena gejala dengue.

"Di RSUD Tamansari tempat saya bekerja saat ini saja, kasus meningkat di seluruh kelompok umur tapi tetap lebih banyak 70 persen pada anak usia SD dan SMP," kata dia.

Menurutnya, gejala dengue yang khas muncul pada anak adalah adanya infeksi saluran cerna dan nafas, batuk, pilek, diare dan sulit buang air besar. Dalam beberapa kasus juga bisa muncul infeksi campuran dengan penyakit tipes.

Sementara gejala pada orang dewasa yaitu terkena infeksi virus lain, demam tinggi di atas 39 derajat, demam naik-turun, nyeri di bagian belakang mata, pegal sendi dan otot, mual hingga muntah.

Maka dari itu, masyarakat diminta untuk segera membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat untuk segera mendapatkan deteksi dini melalui pemeriksaan darah dan tata laksana medis lainnya.

“Jika sudah terkena dengue sekali masih bisa terkena sampai empat kali karena dengue punya empat varian saat ini DEN 1,2,3 dan 4. Jika sudah sembuh dari dengue, kita juga dapat langsung divaksinasi dengue tanpa menunggu. Untuk usia 6-45 tahun diberikan dua kali selang pemberian tiga bulan,” kata Ngabila yang juga Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan itu.

Baca juga: Kemenkes pastikan Wolbachia efektif tekan kasus DBD hingga 77 persen

Baca juga: UGM: Aedes Aegypti mengandung Wolbachia bukan hasil modifikasi genetik

Baca juga: UGM: Wolbachia hanya dapat hidup di serangga

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024