Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI Marthinus Hukom menyebutkan sebagian besar suplai narkoba di Indonesia datang dari luar negeri melalui jalur laut.

"Sudah bukan rahasia umum, suplai narkoba banyak masuk dari Myanmar dan Afghanistan," ujar Marthinus saat ditemui usai acara Peringatan 22 Tahun BNN RI di Jakarta, Jumat.

Berdasarkan catatan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Urusan Narkoba dan Kejahatan (United Nations Office on Drugs and Crime/UNDOC), Myanmar dan Afghanistan merupakan pemasok narkoba terbesar di dunia.

UNDOC mencatat Myanmar merupakan satu dari segitiga emas pengedaran narkoba bersama Thailand dan Laos, sedangkan Afghanistan merupakan negara pemasok opium (getah bahan baku narkotika) terbesar di dunia.

Untuk itu, Marthinus menegaskan pihaknya terus melakukan audiensi dengan Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI guna mengatasi peredaran narkoba dari negara lain melalui jalur laut.

Selain itu, kata dia, dirinya bersama para Kepala BNN Provinsi (BNNP), khususnya di daerah perbatasan, juga telah melakukan kunjungan ke Malaysia dan Singapura dalam rangka mendorong kolaborasi pencegahan peredaran narkoba.

"Ini dilakukan untuk bersama-sama memperkuat wilayah perbatasan masing-masing dalam mencegah terjadinya peredaran gelap narkotika lintas negara," tuturnya.

Tak hanya di dalam negeri, kata Marthinus, pihaknya telah membangun komunikasi dengan pihak counterparty dari negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.

"Bahkan kami juga akan ke Myanmar untuk melihat penegakan hukum di sana, lalu kami akan sharing, kami akan lakukan joint analysis," kata Marthinus.

Berbagai langkah tersebut, menurut dia, dilakukan untuk melihat bentangan jaringan secara lebih utuh, lantaran BNN RI tidak mungkin bekerja sendiri, tetapi wajib mengajak semua elemen, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Lantaran masyarakat Indonesia merupakan salah satu sasaran dan korban dari peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba dari luar negeri, Marthinus mengajak segenap komponen masyarakat untuk bersama membangun kesadaran politik tentang adanya ancaman tersebut.

"Ancaman ini datang kapan saja dan kepada siapa saja, mungkin diri kita, anak kita, keluarga kita, atau orang yang kita kasihi bisa terdampak bahaya narkoba," ucap dia.

Baca juga: BNN RI-PPATK memperkuat kompetensi melawan penyalahgunaan narkotika
Baca juga: BNN RI dan Singapura bangun kemitraan strategis penanganan narkotika
Baca juga: BNN jalin koordinasi dengan Singapura dan Malaysia terkait Kratom

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024