Sochi, Rusia (ANTARA) - Direktur Jenderal Asosiasi Nuklir Dunia (World Nuclear Association/WNA) Sama Bilbao y Leon menyebut semakin banyak negara berkomitmen untuk mengembangkan tenaga nuklir sebagai salah satu solusi untuk mewujudkan masa depan energi bersih.

Dia merujuk pada deklarasi yang diluncurkan oleh 25 negara di sela-sela Konferensi Iklim COP28 tahun lalu, untuk meningkatkan kapasitas energi nuklir menjadi tiga kali lipat secara global pada 2050.

Selain itu, kata dia, dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Energi Nuklir yang digelar oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pekan lalu, sebanyak 35 negara telah berkonsultasi dan menyatakan bahwa energi nuklir merupakan bagian penting dari rencana energi jangka panjang mereka.

“Artinya, ini saatnya saya menyeru para pembuat kebijakan, media, dan komunitas keuangan untuk mempertimbangkan apa yang bisa dilakukan oleh industri nuklir global untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan (mendukung) ketahanan energi,” kata Bilbao y Leon dalam pembukaan Forum Internasional ATOMEXPO di Sochi, Rusia, Senin.

Menegaskan bahwa saat ini adalah momentum penting dalam pengembangan energi nuklir, dia menyoroti perlunya harmonisasi kebijakan energi, industri, dan keuangan dalam pengembangan teknologi nuklir.

“Dengan meningkatkan investasi dan mengembangkan rantai pasok global, tenaga kerja, serta kemampuan, kita benar-benar dapat menerapkan energi nuklir secara global pada skala dan kecepatan yang diperlukan,” ujarnya.

Baca juga: ATOMEXPO suarakan semangat pemanfaatan energi nuklir

Secara khusus, Bilbao y Leon memuji peran BUMN energi nuklir Rusia, Rosatom, yang telah menunjukkan kisah sukses bagaimana proyek-proyek tenaga nuklir bisa diselesaikan tepat waktu dan sesuai anggaran.

“Energi nuklir adalah komponen kunci dari solusi kita untuk mendekarbonisasi seluruh perekonomian dengan cara yang hemat biaya dan berkeadilan,” ujarnya.

Untuk itu, tutur dia, industri nuklir global perlu meningkatkan kerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sipil guna mewujudkan masa depan energi bersih melalui pemanfaatan nuklir.

Berdasarkan data WNA per Oktober 2023, sekitar 30 negara termasuk Indonesia sedang mempertimbangkan, merencanakan, atau memulai program tenaga nuklir.

Di antara puluhan negara itu, Bangladesh, Mesir, dan Turki tengah dalam proses membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama mereka.

BUMN nuklir Rusia dan China diketahui memimpin dalam kerja sama pembangunan PLTN di negara-negara berkembang, melalui penawaran pendanaan dan bahan bakar.

Baca juga: Rusia ingin bangun energi nuklir di Indonesia

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024