Kami di Bappeda Litbang Magetan memang menggagas Program Identifikasi dan Pemetaan Karbon. Artinya, kami akan identifikasi wilayah mana yang penghasil dan penghabis karbon di kabupaten Magetan
Magetan (ANTARA) - Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian Pembangunan Daerah (Bappeda Litbang) Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menjajaki inovasi identifikasi dan pemetaan karbon sebagai upaya mendukung komitmen Pemerintah Indonesia menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan mitigasi perubahan iklim.

"Kami di Bappeda Litbang Magetan memang menggagas Program Identifikasi dan Pemetaan Karbon. Artinya, kami akan identifikasi wilayah mana yang penghasil dan penghabis karbon di kabupaten Magetan," ujar Kepala Bappeda Litbang Magetan Elmi Kurnianto di Magetan, Rabu.

Menurut dia, inovasi identifikasi dan pemetaan karbon perlu dilakukan mengingat isu lingkungan hidup sudah menjadi isu internasional. Banyak negara negara maju yang menghasilkan karbon atau pencemaran udara. Sedangkan negara tropis seperti Indonesia ini adalah negara penghasil oksigen untuk menyerap karbon.

Terdapat sejumlah titik di Magetan yang ditargetkan mampu menyerap karbon, salah satunya kawasan ekowisata sekaligus eduwisata hutan bambu di Kelurahan Tinap, Kecamatan Sukomoro, yang saat ini proses dibangun.

Baca juga: Pemerintah pacu investasi berwawasan lingkungan, dukung dekarbonisasi

"Kalau di Magetan seperti hutan bambu, ini bisa menghasilkan oksigen. Dan itu bisa dihitung per ton, per hari, dan per tahunnya secara ilmiah," kata Elmi.

Ke depannya program pemetaan karbon tersebut, lanjutnya, bisa menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), sebab negara-negara penghasil karbon bisa mendapatkan oksigen.

"Nah, untuk menghasilkan oksigen ini kan ada proses dan biayanya. Maka harus memberikan kompensasi, harus bayar itu, termasuk ke Kabupaten Magetan sebagai penghasil O2 nantinya," kata Elmi.

Baca juga: Dosen UGM kembangkan teknologi pendukung pemetaan padang lamun

Meski Magetan bukan daerah industri, tetapi juga ada titik-titik yang menimbulkan polusi seperti di limbah peternakan atau kotoran ternak, industri pengolahan kulit, pabrik gula, dan pengolahan air minum.

Maka yang bisa dilakukan saat ini, kata dia, adalah penghijauan di tepi-tepi jalan, penghijauan di sejumlah tempat lainnya, dan pembuatan hutan seperti hutan bambu untuk menyerap karbon.

"Inilah visi kami dari Bappeda untuk Magetan ke depannya. Sekarang pemetaan karbon ini masih dalam kajian tim Bappeda. Kami tidak hanya menunggu, tetapi harus berinovasi untuk kemajuan Magetan," katanya. 

Baca juga: Menteri ESDM sebut perdagangan karbon upaya pemerintah kurangi emisi

Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024