Havana (ANTARA News) - Pemerintah Kolombia dan kelompok pemberontak kiri FARC hari Kamis menyatakan memperpanjang babak terakhir negosiasi perdamaian mereka, yang mengisyaratkan ada kemajuan mengenai masalah utama dalam pembicaraan tersebut.

Kedua pihak sepakat melanjutkan pembicaraan hingga Senin "dengan tujuan memajukan pembahasan dan penyusunan sebuah kesepakatan mengenai poin kedua agenda", kata seorang wakil FARC, Marcos Calarca.

Para perunding berusaha mencapai kesepakatan mengenai keikutsertaan mantan gerilyawan dalam kehidupan politik jika perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun berakhir.

Masalah itu merupakan salah satu dari lima butir agenda pembicaraan di Havana yang dimulai pada November 2012.

Ketua delegasi pemerintah, mantan Wakil Presiden Humberto de la Calle mengkonfirmasi bahwa perunding setuju memperpanjang sesi pembicaraan saat ini yang seharusnya berakhir pada Sabtu.

Menurutnya, pembicaraan akan berlangsung "tanpa henti" hingga Senin, dengan tujuan mencapai "kesepakatan konkrit pada butir kedua, mengenai keikutsertaan warga".

Sabtu, Presiden Juan Manuel Santos meminta Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melangkah cepat dalam pembicaraan agar tercapai kemajuan mengenai kesepakatan.

Ketua delegasi pemberontak, Ivan Marquez, menanggapi bahwa untuk mencapai kemajuan, pemerintah harus menghilangkan rintangan-rintangan yang mereka pasang pada setiap usulan.

Kedua pihak sejauh ini baru mencapai sebagian kesepakatan mengenai reformasi tanah dan saat ini merancang cara-cara bagi anggota FARC untuk memasuki sistem politik. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.

FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012 yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.

Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.
(Uu.M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013