Akses air minum aman pada wilayah pengembangan metropolitan Cirebon Raya secara eksisting hanya berkisar 60 hingga 75 persen
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan isu keterbatasan akses air minum aman masih menjadi tantangan bagi kawasan metropolitan Cirebon Raya di Jawa Barat.
 
"Akses air minum aman pada wilayah pengembangan metropolitan Cirebon Raya secara eksisting hanya berkisar 60 hingga 75 persen," kata Peneliti Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih BRIN Merri Jayanti dalam dialog optimalisasi pengelolaan air yang dipantau di Jakarta, Rabu.
 
Kawasan metropolitan Cirebon Raya merupakan sebuah wilayah metropolitan baru dan menjadi pusat pertumbuhan di wilayah timur Jawa Barat. Wilayah itu terdiri atas Cirebon, Majalengka, Indramayu, dan Sumedang.
 
Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2024, target akses air minum aman harus menyentuh angka 100 persen.
 
Merri memandang masih terdapat sejumlah permasalahan isu penting tentang permasalahan ketersediaan dan keberlanjutan pengelolaan sumber daya air yang harus diatasi untuk mewujudkan akses air minum aman bagi masyarakat.
 
Riset BRIN mengungkapkan kemampuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di kawasan metropolitan Cirebon Raya untuk menyuplai air minum melalui perpipaan hanya mencapai 49,7 persen.
 
"Padahal total populasi penduduk di kawasan metropolitan Cirebon Raya mencakup 19,59 persen dari total populasi penduduk Jawa Barat secara keseluruhan," katanya.

Baca juga: BPBD Cirebon: 23 kecamatan berpotensi krisis air bersih
Baca juga: Sekda Jateng minta masalah DAS Pemali Comal segera diselesaikan
 
Beberapa masalah lain juga dihadapi dalam penyediaan air adalah saat musim kemarau pengaliran air hanya bisa terjadi sepekan sekali bahkan sebulan sekali dengan volume yang sangat terbatas.
 
Masalah pengelolaan sumber daya air yang diikuti dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat membutuhkan penanganan dengan cara optimalisasi pengelolaan air melalui peningkatan sumber daya infrastruktur yang handal.
 
Menurut Merri, masyarakat membutuhkan jawaban dari tantangan mendasar terhadap isu kelanjutan sumber air dan antisipasi terhadap pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.
 
Waduk Jatigede potensial untuk dimanfaatkan air bakunya terkait keberlanjutan sumber air untuk pengembangan sistem penyediaan air minum di kawasan metropolitan Cirebon Raya.
 
"Potensi air baku dari Waduk Jatigede harus kita optimalkan. Waduk Jatigede merupakan waduk kedua terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu infrastruktur sumber daya air terpenting yang ada di Indonesia," pungkas Merri.
 
Waduk Jatigede yang terletak di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, memiliki luas aliran mencapai 1.460 kilometer persegi dengan kapasitas tampung 979,5 juta meter kubik.
 
Waduk Jatigede dibangun pada 2010, diresmikan pada 2015, dan mulai beroperasi pada 2017 dengan tujuan untuk irigasi 90 ribu hektare lahan pertanian.
 
Kemudian, tujuan lain untuk pelayanan air baku 3,5 meter kubik per detik dengan target pelayanan adalah kawasan regional metropolitan Cirebon Rayan, pengendali banjir 14.000 hektare, dan pemenuhan kebutuhan PLTA 110 megawatt.

Baca juga: Warga Cirebon terpaksa gunakan air kotor sungai
Baca juga: Wilayah Cirebon berpotensi kekeringan ekstrem

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024