Jakarta (ANTARA) - Perusahaan tambang batu bara PT Kaltim Prima Coal (KPC) menggagas Program Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Tangguh yang merupakan program penguatan kewirausahaan berbasis pendampingan lokal di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

“Target UKM Tangguh adalah penguatan usaha mikro, membuka jalan agar penyerapan tenaga siap kerja menjadi lebih besar, dan menghadirkan pendamping UKM yang terlatih di Kabupaten Kutai Timur," jelas Faizal, Super Intendant Local Business Development KPC bidang Community Empowerment dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Ada empat kecamatan di Kabupaten Kutai Timur yang menjadi sasaran UKM Tangguh yakni Kecamatan Sangatta Utara, Sangatta Selatan, Bengalon dan Rantau Pulung,

Faizal yang turut mendampingi komunitas dalam pengembangan usaha, mengatakan bahwa pendampingan juga melibatkan fasilitator dari Komunitas Pengusaha Tangan di Atas (TDA). Selain itu, program ini juga berkolaborasi dengan Dinas Koperasi dan pelaku UKM di Kutai Timur.

Seiring dengan UKM Tangguh, program Kutimpreneur bagi pengusaha muda juga dijalankan. Kutimpreneur merupakan program pendidikan kewirausahaan kolaboratif multiyear (1 angkatan per tahun) yang diinisiasi KPC bagi generasi muda berusia 17-30 tahun di Kutai Timur pada bidang agribisnis, socialpreneur dan industri kreatif.

“Diharapkan Kutimpreneur dapat menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan anak muda, menciptakan lebih banyak lagi wirausaha baru, sehingga dapat membantu pemerintah daerah dalam menekan tingkat pengangguran dan menumbuhkan perekonomian sektor nontambang,“ tambah Faizal.

Saat ini, KPC terus mendorong terciptanya kemandirian dan kesejahteraan pascatambang di sekitar wilayah tambang melalui program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang berlandaskan pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDGs). Sesuai dengan Rencana Penutupan Tambang (RPT) KPC, keberlanjutan dan kemandirian masyarakat sekitar tambang adalah tujuan utama PPM.

Presiden Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI) selaku induk usaha KPC, Adika Nuraga Bakrie menyatakan, Program UKM Tangguh sangat membantu perkembangan ekonomi di Kutai Timur.

Selain membuka peluang usaha dan menyiapkan lapangan pekerjaan, program ini juga membuka wawasan para pelaku usaha dan tidak menganggap wirausaha sebagai suatu hal yang sulit.

“UKM Tangguh ini diharapkan dapat menjadi agen perubahan dan motor penggerak usaha lokal, sehingga tercipta masyarakat mandiri pasca tambang,” ucap Aga Bakrie.

Salah seorang pemilik UKM binaan KPC Robert Soebandy atau akrab disapa Obeng, mengaku dirinya tidak pernah menyangka usaha percetakan dan sablonnya akan terus berkembang hingga kini. Berawal dari usaha sablon rumahan yang dimulai sejak sekitar tahun 2015 lalu, kini usaha Rainbow Printing yang dirintisnya telah mampu mempekerjakan 11 orang karyawan dengan omzet sedikitnya Rp170 juta per bulan.

“Saat ini permintaan sablon untuk baju dan cup (gelas minuman) terus meningkat, penambahan karyawan sejak tahun 2018 juga terus kami lakukan. Hanya dari mencetak sablon untuk gelas minuman saja pesanan bisa meningkat 5 kali lipat. Per bulannya dulu kami hanya mencetak 20 ribu, sekarang sudah mencapai 50 ribu cup. Sekitar 50 persen omzet kami berasal dari sini,” jelas Obeng.

Obeng adalah salah satu lulusan Program UKM Tangguh angkatan pertama yang digulirkan sejak tahun 2014 lalu oleh KPC, salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang beroperasi di wilayah Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur.

"Awalnya kami diberi modal Rp24 juta yang dibagi kepada 4 kelompok. Itu adalah modal pertama yang kami kembangkan untuk modal usaha. Selebihnya tidak ada lagi modal yang berbentuk uang yang diberikan,” tuturnya.

Selebihnya menurut Obeng, program UKM Tangguh yang diikutinya memberikan pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan usaha.

“Kami diajari cara menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP), cara berpromosi, serta bagaimana mengembangkan digital marketing, hingga ke masalah pembukuan,” tambah Obeng.

Saat ini usaha percetakan dan sablonnya telah memperoleh dua investor yang didapatkan secara mandiri (angle investor) dan mau menginvestasikan dana sebesar Rp420juta untuk alat dan mesin. Bahkan untuk lebih mengembangkan lagi usahanya, Obeng melakukan studi banding ke beberapa pengusaha lain hingga ke luar pulau Kalimantan.


 

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2024