Tunis (ANTARA News) - Partai Enahda yang memerintah Tunisia dan oposisi mengalami jalan buntu dalam perundingan Sabtu untuk memilih seorang perdana menteri baru yang bertugas mengatasi krisis politik berbulan-bulan di negara itu.

Ketegangan melanda Tunisia sejak pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan diktator kawakan Zine El Abidine Ben Ali dan diperburuk dengan pembunuhan dua politisi oposisi tahun ini diduga dilakukan kelompok garis keras Islam.

Ennahda, satu partai Islam yang moderat yang pengunduran dirinya dituntut oleh pihak oposisi, berjanji akan mundur dan mengizinkan pembentukan satu pemerintah independen sebagai bagian dari satu peta jalan.

Setelah berbulan-bulan macet,pemerintah yang dipimpin kelompok Islam itu memulai perundingan dengan oposisi pada 25 Oktober untuk membentuk pemerintah baru, menyetujui satu konstitusi yang sering ditunda itu dan mempersiapkan pemilu.

Peta jalan itu untuk menyelesaikan krisis itu disusun oleh para penengah termasuk serikat buruh UGTT, yang mengumumkan kemunduran terbaru itu.

Pihak penengah itu mengatakan satu pertemuan Jumat para pemimpin partai untuk memilih perdana menteri baru mengalami kemacetan menyangkut siapa yang harus ditunjuk untuk jabatan itu dari empat kandidat.

Delegasi-delegasi sepakat untuk membentuk satu komite baru yang bertugas mengatasi kebuntuan itu, kata IGGT dalam satu pernyataan Jumat malam.

Komite itu beranggotakan ketua Majelis Konstitusi Nasional, Mustapha Ben Jaafar, ketua Ennahda Rached Ghannouchi dan lima tokoh oposisi bertemu dengan sekjen UGTT Housine Abassi,

Perundingan delegasi-delegasi itu istrahat pada petang hari dan akan berembuk kembali dalam usaha mencapai satu kesepakatan Sabtu malam.

"Kami belum mencapai satu konsensus tepai masih akan berunding," kata pejabat Ennahda Ameur Larayedh kepada wartawan.

Ennahda dan lawan-lawan politiknya tidak mencapai kata sepakat kandidat unggulan menjadi perdana menteri-- Mohamed Ennaceur, 79 tahun dan Ahmed Mestiri,88 tahun, dua politisi kawakan dan mantan menteri-menteri pemerintah.

Kedua tokoh itu disegani dan telah memangku jabatan penting di bawah Habib Bourguiba (almarhum), yang memimpin perjuangan kemerdekaan Tunisia dari penjajah Prancis dan menjadi presiden pertama negara itu 1957-1987.

Laporan-laporan pers mengatakan Ennahda dan mitra koalisi sekulernya mendukung Mestiri untuk jabatan perdana menteri, sementara oposisi mendukung Ennaceur.

Mestiri telah memangku beberapa jabatan pentimg dalam pemerintah-pemerintah Bourguiba -- keuangan , kehakiman , pertahanan dan dalam negeri-- sementara Ennaceur adalah seorang pakar mengenai masalah sosial.

Para pakar ekonomi terkenal Mustapha Kamel Nabli dan Jalloul Ayed sebelumnya dicalonkan untuk jabatan perdana menteri itu, demikian AFP.

(H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013