Inflasi diharapkan dapat melandai seiring koreksi harga pasca HBKN dan dukungan kebijakan stabilisasi harga pangan yang terus konsisten dilakukan oleh pemerintah
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah menyatakan akan terus berupaya memitigasi risiko gejolak harga pada masa Ramadhan dan Idul Fitri untuk menjaga inflasi, terutama dalam mengendalikan harga pangan dan tarif transportasi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menjelaskan stabilisasi pasokan terus dilakukan untuk menjaga kecukupan stok domestik dan keterjangkauan harga, antara lain melalui operasi pasar dan pasar murah, percepatan pengadaan impor, relaksasi Harga Eceran Tertinggi (HET) beras dan penyaluran beras SPHP, serta melakukan koordinasi pengendalian inflasi HBKN (Hai Besar Keagamaan Nasional) di seluruh daerah.

“Inflasi diharapkan dapat melandai seiring koreksi harga pascaHBKN dan dukungan kebijakan stabilisasi harga pangan yang terus konsisten dilakukan oleh pemerintah,” kata Febrio di Jakarta, Senin.

Inflasi Maret 2024 tercatat terkendali, yakni sebesar 3,05 persen (yoy) meskipun meningkat dari bulan Februari sebesar 2,75 persen (yoy). Peningkatan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga dari sebagian besar komoditas pangan pada masa Ramadan. Secara historis, pada masa Ramadan dan Idul Fitri terjadi peningkatan permintaan musiman yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga.

Febrio menambahkan masih terus berlanjutnya kenaikan harga pangan menjadi hal yang terus diwaspadai oleh Pemerintah. Inflasi pangan bergejolak (volatile food) bergerak meningkat menjadi 10,33 persen (yoy), dari 8,47 persen (yoy) pada Februari 2024.

Peningkatan tersebut didorong oleh naiknya harga komoditas, seperti beras, daging dan telur ayam ras, cabai merah, dan bawang putih. Di tengah produksi pangan yang terkendala dan mundurnya panen raya, Pemerintah terus mengupayakan stabilisasi pasokan dan harga untuk menjamin akses pangan masyarakat.

Inflasi inti pada Maret 2024 juga turut mengalami peningkatan sebesar 1,77 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan Februari 2024 yang sebesar 1,68 persen (yoy). Beberapa kelompok pengeluaran mengalami peningkatan, di antaranya makanan, penyediaan makanan/minuman, perawatan pribadi, pendidikan, dan kesehatan.

Sementara itu, inflasi harga diatur pemerintah (administered price) turun menjadi 1,39 persen (yoy), dari 1,67 persen (yoy) di Februari 2024.

“Meskipun cukup rendah namun tekanan inflasi pada sektor transportasi tetap perlu diwaspadai seiring dengan peningkatan mobilitas saat musim mudik lebaran,” tutur Febrio.


Baca juga: BPS sebut inflasi tahunan pada Maret 2024 sebesar 3,05 persen
Baca juga: Rupiah merosot karena rilis kenaikan Indeks Harga PCE AS
Baca juga: BPS: Telur ayam ras jadi komoditas penyumbang utama inflasi Maret 2024


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024