Berikan ruang-ruang dan kesempatan bagi mereka berekspresi. Mereka pandai melukis, ada yang pandai menguasai komputer, ada yang bisa desain, menggambar, sehingga masyarakat harus memberikan ruang-ruang agar karya-karya mereka bisa ditampilkan
Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Disabilitas (KND) meminta para pemangku kepentingan dan masyarakat memberikan lebih banyak ruang bagi anak autis untuk berekspresi dalam rangka memperingati Hari Peduli Autisme Sedunia.

"Berikan ruang-ruang dan kesempatan bagi mereka berekspresi. Mereka pandai melukis, ada yang pandai menguasai komputer, ada yang bisa desain, menggambar, sehingga masyarakat harus memberikan ruang-ruang agar karya-karya mereka bisa ditampilkan," kata Wakil Ketua KND Deka Kurniawan saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Ia meminta seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat maupun daerah, serta Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait agar melaksanakan tugas mereka untuk mengimplementasikan perintah undang-undang agar memberikan anggaran yang memadai bagi disabilitas.

"Khusus disabilitas autis dalam memenuhi hak pendidikannya, kan banyak kebutuhannya untuk bisa mendapatkan aset psikologi, dari segi medisnya juga, sehingga kalau pemerintah memberikan kesempatan mereka untuk berobat dengan biaya yang murah, ini juga akan sangat signifikan memberikan dukungan agar mereka menjadi lebih berkembang," tuturnya.

Baca juga: Perlakukan setara, KND paparkan cara berinteraksi dengan anak autis

Ia mengutarakan tantangan yang masih sering dihadapi KND terkait komunitas autis yakni selama ini para orang tua masih menghadapi stigma dari masyarakat.

"Kadang-kadang para orang tua itu malu untuk bisa muncul dan mengungkapkan dirinya, atau malu karena punya anak autis. Jadi stigma yang lahir dari masyarakat atau akhirnya stigma itu berlaku pada diri mereka sendiri yang membuat mereka tidak mau keluar dan tidak mau menunjukkan diri," ucapnya.

Selain itu, menurutnya, anak-anak autis juga masih harus menghadapi tantangan pembiayaan yang tinggi untuk bisa mengatasi gangguan autismenya.

"Biaya terapi, pengobatan, lab, dan pendidikan, itu rata-rata (biaya) sangat tinggi sehingga para orang tua banyak yang kesulitan, dan mereka akhirnya jarang yang betul-betul mau berinteraksi dalam komunitas sesama orang tua yang memiliki anak autis. Karena mereka fokus dan sudah capek mengurus anaknya sendiri," tutur Deka Kurniawan.

Baca juga: Mengenal sejarah Hari Peduli Autisme Sedunia 

Untuk itu ia menegaskan kemampuan anak-anak autis ini harus bisa dilihat secara objektif agar mereka tidak malu untuk unjuk kebolehan, semakin berkembang, dan terdorong untuk meningkatkan prestasi dan kemampuannya.

"Yang selama ini terjadi seolah-olah anak autis itu dianggap tidak mampu, karena mereka belum diberi kesempatan dan sudah dipandang negatif dulu, sehingga mereka tidak bisa menunjukkan potensinya," papar Deka Kurniawan.

Ia juga meminta kepada media yang termasuk salah satu unsur Pentahelix untuk terus menyuarakan apa yang menjadi hak penyandang disabilitas, khususnya disabilitas autis.

"Media jangan pernah bosan dan jangan hanya menunggu momentum Hari Peduli Autisme atau hari-hari yang terkait dengan ragam disabilitas, tetapi setiap saat sampaikan cerita-cerita keberhasilan mereka, beritakan tentang bagaimana capaian-capaian mereka, tidak harus menunggu waktu atau momentum-momentum khusus tertentu," ucap Deka Kurniawan.

Baca juga: Apa perbedaan autisme dengan hiperaktif? Berikut penjelasan KND

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024