New York (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyeru Jumat (Sabtu WIB) pasukan PBB untuk Lebanon yang terdiri dari negara barat dan Islam yang seimbang sehingga akan padat diterima oleh Israel. Amerika Serikat mendesak Perancis yang hanya menawarkan 200 orang anggota pasukan agar mau menambah jumlah kontingennya. Kekuatan pasukan multi natsional dibawah bendera PBB yang seimbang diharapkan dapat membantu tentara Lebanon menguasai kembali wilayah selatan yang dikuasai dan dihancurkan oleh militer Israel sejak Juli lalu. Kelompok Hizbullah yang menguasai wilayah Lebanon selatan menjadi sasaran serangan Israel mulai Jumat telah membagi-bagikan uang kepada warga yang tempat tinggalnya dihancurkan tentara Israel. Sikap kebijakan Hizbullah yang dikatakan Amerika (serikat) mendapat dukungan dari Iran cukup membuat semakin besar simpati rakyat Lebanon. "Orang (rakyat Lebanon) mulai menaruh kepercayaan kepada Hizbullah dan hal ini (kebijakan memberikan bantuan keuangan rakyat yang kehilangan tempat tinggal) akan semakin memperbesar rasa percaya tersebut," kata Ayman Jaber, 27, yang memperlihatkan cek sebesar 12 ribu dolar AS yang diterimanya dari kelompok Hizbullah. Para pejabat Amerika dan Israel merasa cemas akan hal itu dan mengatakan Hizbullah akan semakin meningkat popularitasnya dengan bantuan dan dukungan Iran, dengan aksi membantu rakyat yang kehilangan tempat tinggalnya yang dihancurkan oleh Israel selama konflik 34 hari. Sedikitnya 1.183 orang di Lebanon dan 157 orang Israel tewas dalam perang setelah tentara Israel masuk melintasi batas wilayah Lebanon 12 Juli lalu dengan alasan ingin membebaskan dua orang personil militernya yang melintas batas dan ditahan Hizbullah. Pada pertemuan di markas PBB Wakil Sekertaris Jendral Mark Malloch Brown menyambut baik tawaran Italia dan Finlandia yang bersedia iku memperkuat barisan pasukan multi nasional dibawah bendera PBB disamping komitmen dari Nepal dan negara-negara Islam Indonesia, Malaysia dan Bangladesh. Syarat Israel Israel telah menyatakan negara-negara yang tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel tak dapat disertakan dalam pasukan PBB tersebut hal itu berarti penolakan kehadiran pasukan Indonesia dan Malaysia. "Apabila dikehendaki pasukan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak maka pada pendapat saya pasukan gabungan negara Eropa dan Muslim yang berimbanglah yang diperlukan," demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006