Sana`a (ANTARA News) - Perancis yang tadinya siap menjadi pemimpin pasukan multinasional dibawah payung PBB di Lebanon dengan persiapan sekitar 15 hingga 20 ribu pasukan, akhirnya ragu dan menyatakan hanya sanggup mengirim 200 tentara saja. Sejumlah negara Eropa lainnya juga memperlihatkan sikap ragu-ragu yang sama sehingga Sekjen PBB, Kofi Anan mengeluarkan imbauan khusus untuk menghilangkan keraguan tersebut. "Sedikitnya ada lima sebab utama mengapa Eropa akhirnya ragu-ragu mengirim pasukan ke Lebanon. Pertama Israel gagal menduduki wilayah selatan sungai El-Litani yang sedianya sebagai wilayah konsentrasi pasukan internasional," ujar Prof Abdul Bari Athwan, Sabtu (19/8). Kegagalan negeri Yahudi itu menduduki wilayah tersebut, menurut pakar Arab itu seperti dikutip harian Al-Quds Al-Arabi menyebabkan Eropa meninjau kembali sikap sebelumnya (sebelum gencatan senjata efektif). Sedangkan alasan kedua adalah pengalaman pasukan internasional di Irak dan Afganistan. Perlawanan Irak mampu menimbulkan korban besar di kalangan pasukan internasional dan perlawanan Thaliban kembali bangkit di Afghantistan juga menimbulkan korban di pihak pasukan multinasional. Sementara alasan ketiga adalah, Eropa memahami dengan baik bahwa resolusi PBB nomor 1701 tidak berarti gencatan senjata permanen karena setiap saat bisa meletus insiden atau perang baru. "Pasukan Eropa tidak ingin menjadi target mudah pasukan Israel karena Tel Aviv tidak segan-segan menyerang pasukan PBB sebagaimana yang terjadi pada perang Lebanon baru-baru ini yang menyebabkan empat pasukan PBB tewas," kata Athwan. Alasan keempat adalah syarat berlebihan dari Israel yang mengharuskan pasukan internasional dari negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. "Syarat tersebut untuk mengganjal partisipasi pasukan Indonesia dan Malaysia. Syarat ini harus ditolak karena Israel dalam kapasitas kalah bukan menang," tegasnya. Sedangkan alasan kelima keraguan Eropa adalah ketidakpercayaan warga Lebanon terhadap PBB untuk melindungi mereka sehingga kekuasaan Hizbullah di wilayah selatan tetap dipertahankan dan Hizbullah sendiri telah mulai melakukan serangkaian pemulihan di selatan tanpa menunggu PBB.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006