Denpasar (ANTARA) - Pengamat ekonomi dan pariwisata Trisno Nugroho berpandangan kehadiran delegasi World Water Forum ke Desa Jatiluwih di Kabupaten Tabanan, Bali, menjadi kesempatan emas untuk menunjukkan praktik leluhur masyarakat Bali dalam menjaga keseimbangan alam dan kehidupan sosial masyarakat.

"Kita bangga dan terhormat sebagai bangsa Indonesia dan khususnya masyarakat Bali bahwa Desa Jatiluwih akan menjadi salah satu destinasi kunjungan delegasi World Water Forum (WWF)," kata Trisno Nugroho di Denpasar, Rabu.

Trisno yang juga mantan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali dan DKI Jakarta itu menambahkan, Desa Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia yang diakui UNESCO itu tidak hanya memperlihatkan keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga sistem subak yang menjadi bukti kearifan lokal dalam pengelolaan air yang berkelanjutan.

"Kunjungan WWF ini mendorong masyarakat Desa Jatiluwih tidak hanya akan meninggalkan kesan yang mendalam tentang nilai budaya dan alam, tetapi juga menjadi langkah maju dalam dialog global mengenai keberlanjutan lingkungan dan pengelolaan sumber daya air," ucapnya.

World Water Forum ke-10 akan dilaksanakan di Bali pada 18-25 Mei 2024 dengan dihadiri delegasi dari berbagai negara di dunia.

Yang penting lagi, lanjut Trisno, ajang WWF ini dapat memberikan motivasi besar bagi masyarakat Desa Jatiluwih untuk melestarikan sistem pengairan subak yang sudah mendunia agar terus semakin baik dan memberikan kesejahteraan masyarakat Desa Jatiluwih dan sekitarnya.

Baca juga: Indonesia optimistis WWF Ke-10 lahirkan konsensus politik atasi krisis

Baca juga: RI bawa misi air sebagai sumber kesejahteraan dalam WWF 2024 Bali


Sementara itu Manajer Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih I Ketut Purna dalam keterangannya mengatakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Bali telah melakukan berbagai langkah perbaikan infrastruktur transportasi dan merapikan alam sekitar Desa Jatiluwih yang sudah indah dan cantik.

Sebagai bagian dari persiapan, telah dilakukan pemugaran pada Museum Subak dan pembangunan Museum Air baru di Kabupaten Tabanan. Selain itu menekankan kesiapan keamanan dengan kerja sama erat bersama pihak kepolisian.

Koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terus dilakukan termasuk dengan prajuru (pengurus) Subak Jatiluwih untuk menyambut kedatangan delegasi WWF.

Kunjungan delegasi WWF ke Subak Jatiluwih diharapkan tidak hanya meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan tetapi juga menginspirasi komitmen global terhadap pelestarian sistem irigasi tradisional dan warisan budaya.

"Masyarakat Jatiluwih berharap acara ini tidak hanya menandai momen penting dalam kalender internasional tetapi juga membawa dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar Jatuluwih," ucapnya.

Kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, memberikan dorongan ekonomi lokal, dan memperkuat pemahaman global tentang pentingnya pelestarian sistem subak dan warisan budaya Bali.

"Kami mengundang dunia untuk menjadi saksi dari keindahan dan kearifan lokal Jatiluwih. Kami harapkan kegiatan ini akan membawa manfaat jangka panjang bagi masyarakat setempat dan meningkatkan kesadaran global akan pentingnya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan," kata Purna.

Baca juga: WWF 2024 Bali akan hadirkan upacara Melukat 

Baca juga: Indonesia buka Museum Air di Tabanan saat WWF 2024 Bali

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024