Roma (ANTARA News) - Paling tidak 10 orang dinyatakan tewas dan sekitar 40 orang dikhawatirkan hilang ketika sebuah kapal kecil yang penuh imigran gelap tenggelam di lepas Pantai Sisilia, yang memicu Italia menyerukan kerjasama lebih luas untuk menumpas perdagangan manusia. "Apa yang terjadi hari ini bukan hanya satu tragedi tapi adalah satu kejahatan. Dan, jika kita tidak menghukum kejahatan itu tindakan tersebut akan terulang kembali dan tragedi-tragedi juga akan terulang," kata Menteri Dalam Negeri Italia, Giulianio Amato. Kapal kayu sepanjang 10 meter itu diperkirakan bertolak dari Libya, dan tenggelam sekitar pukul 03:30 waktu setempat (07:30 WIB) sekitar 16 km lepas pantai Pulau Lampedusa, demikian AFP. Para pejabat Pengawal Pantai mengatakan, 70 orang diselamatkan dan 10 mayat termasuk empat wanita telah ditemukan. Mereka yang selamat melaporkan ada lebih dari 120 imigran di kapal itu. Perkiraan seperti itu mungkin tidak seksama jadi sulit untuk memperkirakan berapa orang yang hilang, kata para pejabat. Lampedusa, antara Sisilia dan Libya menjadi pintu masuk bagi imigran ilegal dan pengungsi yang meninggalkan Afrika utara dalam usaha masuk ke Uni Eropa. Polisi kemudian mengidentifikasi lima pria di antar mereka yang selamat yang mereka curigai adalah bagian dari dari satu geng yang melakukan perjalanan itu. Para pria itu diduga adalah warga Libya, kata polisi. Sebuah kapal Angkatan Laut mengikuti kapal imigran itu dan dapat segera mulai menyelamatkan para penumpang, sehingga banyak yang dapat diselamatkan, kata penjaga pantai itu. Mereka yang selamat mengatakan, kapal itu karam ketika para imigran melihat kapal Angkatan Laut dan banyak mereka tiba-tiba bergerak pindah ke satu sisi kapal. Jumlah imigran ilegal yang meningkat untuk menghindari kemiskinan menjadi salah satu dari masalah-masalah politik terbesar Eropa. Hampir 10.000 orang telah tiba di Lampedusa tahun ini. Pada tahun 2005 hampir 23.000 imigran ilegal tiba di Italia, sekitar 8.000 lebih banyak dari tahun 2004. Negara-negara Uni Eropa yang menjadi daya tarik paling kuat bagi imigran ilegal, termasuk Spanyol, Italia, Yunani dan Malta telah meminta bantuan blok itu. Komisi Eropa mengusulkan agar 25 negara Uni Eropa membentuk satu pasukan reaksi cepat yang permanen untuk menangani arus imigran ilegal yang datang secara tiba-tiba dalam jumlah besar. Pemerintah-pemerintah Eropa dan Afrika sepakat untuk menumpas perdagangan manusia dalam satu pertemuan di Rabat bulan lalu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006