Palangka Raya (ANTARA News) - Produksi batubara di propinsi Kalimantan Tengah pada musim kemarau ini meningkat seiring berkurangnya kuantitas air dalam tanah yang kerap menjadi hambatan dalam kegiatan eksploitasi bahan tambang ini. "Kegiatan produksi menjadi lebih mudah karena tidak ada air. Tetapi di sisi lain, sarana transportasi hasil tambang justru tidak ada lagi setelah surutnya sungai Barito," kata Kepala Subdin Pertambangan Umum Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalteng Syahril Tarigan, di Palangka Raya, Sabtu. Syahril mengemukakan, musim kemarau seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi batubara semaksimal mungkin karena kesulitan teknis menyangkut air dalam tanah relatif kecil. Namun demikian, semua itu menjadi sulit ketika hasil tambang tidak bisa dikirim ke pelabuhan untuk diekspor. Menurut Syahril, musim kemarau membuat sungai Barito tidak bisa dilalui tongkang-tongkang batubara. Padahal, selama ini hasil tambang itu selalu diangkut menggunakan transportasi sungai akibat tidak adanya infrastruktur jalan penghubung di Kalteng. "Saya dengar semua tongkang milik PT Marunda kandas di sungai. Sehingga untuk sementara kegiatan pengangkutan batubara perusahaan itu dihentikan," katanya. Kesulitan transportasi itulah, lanjutnya, yang selama ini menjadi kendala para pengusaha pertambangan di Kalteng untuk melakukan kegiatan eksploitasi pertambangan. Dikhawatirkan, hasil tambang yang diproduksi tidak dapat diangkut keluar. "Dari 15 perusahaan pemegang PKP2B atau Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara, 270-an perusahaan pemegang Kuasa Pertambangan, hanya satu yang benar-benar telah berproduksi di Kalteng ini," katanya. Hal itu pula yang mendorong pemerintah provinsi Kalimantan Tengah untuk merealisasikan keinginan membangun jaringan rel kereta api pengangkut hasil bumi sebagai sarana transportasi utama. Sementara itu, kata Syahril, sejumlah perusahaan tambang batubara menyatakan kesiapannya melakukan kegiatan produksi pada akhir tahun 2006 ini atau paling lambat pada tahun 2007 mendatang. "Ada sedikitnya enam perusahaan yang kami nilai telah siap melakukan produksi. Mereka bahkan berencana membangun jalan penghubung sendiri ke sungai," katanya. Saat ini produksi batubara tambang di Kalteng baru sekitar 1-1,5 juta ton per tahun hanya dari satu perusahaan tambang yaitu PT Marunda Graha Mineral. Sementara potensi cadangan batubara di Kalteng diprediksikan lebih dari tiga miliar ton yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Provinsi Kalteng tahun 2011 mentargetkan produksi tambang batubara sekitar 30-40 juta ton pertahun dalam upaya mengoptimalkan sumber daya alam yang ada dengan catatan kendala transportsi dapat segera teratasi.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006