Kampala (ANTARA News) - Presiden Uganda Yoweri Museveni, Sabtu, mengatakan, Kongo telah memberi kuasa pada pasukan Uganda untuk menyerang markas pemberontak Tentara Perlawanan Tuhan (LRA) di bagian timurlaut negara itu jika pembicaraan damai kedua belah pihak gagal. Kinshasa telah menolak berulang kali permintaan pada masa lalu dari Uganda untuk mengirim tentaranya ke wilayah terpencil itu, tempat gerilyawan membunuh delapan tentara penjaga perdamaian PBB, Januari. Namun pada konferensi pers bersama dengan pemimpin Sudan selatan, Salva Kiir, Museveni mengatakan, Presiden Joseph Kabila dan Wapres Jean-Pierre Bemba dari Kongo telah menyetujui serangan bersama jika pembicaraan damai tiada henti di Sudan selatan gagal. Serangan terhadap pemberontak di hutan Garamba yang tak patuh hukum akan melibatkan Uganda, Sudan selatan dan pasukan PBB, katanya. "Kami mengangkat gagasan kami, khususnya gagasan mengenai..operasi terhadap Kony (pemimpin LRA Joseph Kony), dan Kabila serta Wapres Bemba mendukung gagasan itu," kata Museveni pada wartawan. Para petempur Kony telah melancarkan pemberontakan selama 20 tahun, satu dari yang paling brutal di dunia, yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan menelantarkan hampir dua juta orang. Para pemimpin pentingnya meninggalkan Sudan selatan akhir tahun lalu menuju Republik Demokratik Kongo. Museveni mengatakan ia yakin Kony dan wakilnya Vincent Otti ingin mengakhiri perang, tapi telah disesatkan oleh sejumlah orang dari suku mereka Acholi di utara yang sekarang tinggal di luar negeri. "Saya tahu dari sumber yang baik, Kony dan Otti benar-benar ingin menyelamatkan diri, tapi ada orang-orang oportunis yang...tetap mengerikan mereka dan memberi informasi yang keliru pada mereka, karena mereka (oportunis) tidak ingin masalah ini akan selesai," kata Museveni. Sudan selatan mengatakan ingin memerantarai diakhirinya satu dari sejumlah konflik terlama di Afrika itu. Pembicaraan dimulai lagi di ibukotanya, Juba, Jumat, setelah ditangguhkan pekan ini ketika Uganda membunuh seorang pemberontak penting yang dicari oleh Pengadilan Kejahatan Internasional (ICC). Kiir mengatakan pemerintah regionalnya berusaha untuk menemukan akhir damai bagi perang itu, yang telah membuat tidak stabil Sudan selatan. "Opsi militer akan tiba ketika kami yakin hal itu (pembicaraan damai) tidak dapat menghasilkan," Kiir mengatakan. "Kami memiliki keterbatasan waktu bagi kami sendiri dan kami kira bahwa delegasi LRA mengetahui itu." Awal bulan ini, Otti mengatakan ia telah kehilangan kepercayaan pada kepala perunding -- wakil Kiir, Riek Machar -- dan menuduhnya merencanakan agar ia ditangkap jika ia datang ke Juba. Kony dan Otti juga dicari oleh ICC. Otti pekan ini minta Afrika Selatan untuk bergabung dengan upaya penengahan itu, tapi Museveni menolaknya. Pada Sabtu, Afrika Selatan mengatakan belum menerima permintaan resmi, demikian Reuters.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006