Jakarta (ANTARA) - Produsen dodol Betawi di Jalan Raya Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, kewalahan dalam proses produksi karena banyaknya pesanan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah.

"Udah kebanyakan, (orang) pada pesan, saya batalkan. Tenaga udah enggak kuat, orang aduk sendiri," kata Ezha (37) seorang produsen dodol dengan nama bisnis "Dodol Betawi Bang Ezha" saat ditemui di lokasi tersebut pada Kamis.

Selama sebulan terakhir dan sebelum Lebaran, dia mengantongi omzet hingga Rp10 juta. "Sebulan terakhir udah ada Rp10 juta," kata Ezha.

Ezha menyebutkan bahwa dodol Betawi buatannya merupakan warisan dari orang tuanya. Awalnya ia yang saat itu masih remaja membantu sang nenek mengaduk dodol.

"Kan dia (Mak Haji) dagang tuh, saya kan bantuin dia mulu di dapur, udah saya bikin sedikit-sedikit, saya unggah (di media sosial), eh ada yang mau," katanya.

Baca juga: Dodol Betawi, biangnya kue Lebaran di Jakarta
Baca juga: Dodol Betawi, tentang rasa dan kesabaran


Seiring berjalannya waktu, nenek Ezha tidak lagi mampu untuk memproduksi dodol Betawi sehingga Ezha meneruskan usaha tersebut.

Dalam sehari, Ezha memproduksi sebanyak 10 kilogram (kg) dodol Betawi. Kegiatan itu ia lakukan sendiri dan kadang dibantu oleh adiknya.

"Ya 12 kilo penuh ya. Tapi karena saya aduk sendiri, hampir tiap hari, jadi saya bikin 10 kilo aja," kata dia.

Ezha membeberkan rahasia bahan dasar pembuatan dodol Betawi buatannya. Yakni beras ketan putih dan hitam, gula merah, tepung beras dan kelapa.

Ezha menjual dodol Betawi Rp65 ribu setiap kilogram. Ia juga menjual dodol cina Rp35 ribu per potong.

"Dodol Betawi saya jual Rp65 ribu satu becek (satu kilogram), ada dodok cina juga, Rp35 ribu per potong," kata Ezha.
Baca juga: Dodol betawi tembus pasar ekspor
Baca juga: Melirik pembuatan dodol betawi menjelang lebaran


Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024