Jakarta (ANTARA) - Budayawan Yahya Andi Saputra mengemukakan bahwa dodol Betawi sebenarnya paling asyik dinikmati pada pagi atau sore hari sesudah Lebaran.

"'Dinikmatin' pagi atawa sore dengan kopi 'pait' 'atawa' teh 'pait'," ujar budayawan yang tergabung di Lembaga Kebudayaan Betawi itu saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Yahya mengatakan apabila ingin menikmati dodol, keluarganya membuat sendiri. Sementara dodol bukan termasuk hidangan yang mudah dibuat karena ada aturan dan pantangan.

Karena itu, orang Betawi hanya membuatnya pada hari-hari tertentu seperti Lebaran dan pernikahan.

"Dulu, dodol kan bukan kue murahan dan gampangan. 'Bikinnye ribet'. Ada aturan dan pantangan," kata dia.

Baca juga: Produsen dodol Betawi di Kembangan kewalahan penuhi pesanan
 
Perajin menyelesaikan pembuatan dodol Betawi di industri rumah kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Senin (22/7). Produksi dodol Betawi mengalami peningkatan tajam seiring permintaan jelang Lebaran. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Namun kini, relatif sudah banyak orang yang membuatnya sehingga tinggal memilih yang cocok dan membelinya.

"Kalo dulu ngaduk sendiri, sekarang udah banyak yang jualan, ya kita beli. Pilih mana yang paling 'pas' dan paling cocok sama bikinan keluarga. Itu gampang jadinya," kata dia.

Dodol Betawi saat ini, menurut Yahya, sudah menjadi kue pasar sehingga dapat dinikmati kapan saja dan dalam berbagai kegiatan atau acara.

"Keluarga saye sih, kalau Lebaran, dari jaman engkong ampe sekarang, tetep sediain dodol," ujar dia.

Merujuk laman Warisan Budaya Takbenda Indonesia Kementerian Kebudayaan bahwa pembuatan dodol Betawi yang terdiri dari varian ketan putih, ketan hitam dan durian, rumit.

Baca juga: Dodol Betawi, tentang rasa dan kesabaran
 
Perajin membuat makanan dodol betawi di tepi Waduk Setu Babakan, Jakarta, Minggu (28/6/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc. 
Bahan baku pembuatan yang terdiri dari ketan, gula merah, gula pasir dan santan harus dimasak di atas tungku dengan kayu bakar selama delapan jam.

Kemudian, untuk membuatnya perlu tenaga ekstra dalam mengaduk adonan dodol. Hal ini karena dalam satu panci kuali besar dengan diameter satu meter, adonan dodol harus diaduk selama tujuh jam tanpa berhenti.

Jika berhenti maka adonan akan keras dan rasanya tidak merata.

Keluarga besar Betawi yang dulunya hidup berdekatan, saling melengkapi bahan dasar pembuatan dodol. Begitu bahan tersedia, para pria bertugas membuat dodol Betawi dan mengaduk adonan. Sedangkan para wanita menyiapkan semua bahan yang dibutuhkan.
Baca juga: Melihat proses pembuatan dodol betawi di Setu Babakan

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024