Washington (ANTARA) - Israel sepakat membuka rute tambahan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza, menurut Gedung Putih pada Kamis, hanya beberapa jam setelah Presiden Joe Biden memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membuat perubahan besar.

Israel belum mengkonfirmasi secara resmi bahwa mereka setuju untuk mengambil tindakan tersebut, namun Gedung Putih mengatakan mereka akan menggunakan pelabuhan di kota Ashdod Israel untuk pengiriman bantuan langsung ke Gaza.

Selain itu penyeberangan Erez juga akan dibuka di sepanjang perbatasan utara Gaza dan " secara signifikan meningkatkan pengiriman dari Yordania langsung ke Gaza."

Tindakan tersebut "harus segera dilaksanakan dengan benar dan cepat," ujar Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Adrienne Watson.

"Seperti yang dikatakan Presiden hari ini melalui sambungan telepon, kebijakan AS sehubungan dengan Gaza akan ditentukan oleh penilaian kami terhadap aksi cepat Israel terhadap hal ini dan langkah-langkah lainnya, termasuk langkah-langkah untuk melindungi warga sipil yang tidak bersalah dan keselamatan pekerja bantuan,” kata Watson dalam sebuah pernyataan.

"Kami siap bekerja sama penuh dengan pemerintah Israel, Yordania dan Mesir, PBB, dan organisasi kemanusiaan, untuk memastikan langkah penting ini dilaksanakan dan menghasilkan peningkatan signifikan dalam bantuan kemanusiaan yang menjangkau warga sipil yang sangat membutuhkan di seluruh Gaza selama beberapa hari dan minggu mendatang,” tambahnya.

Baca juga: Warga Gaza utara bertahan hidup dengan hanya 245 kalori per hari

Sebelum adanya pengumuman Gedung Putih, hanya perbatasan Karem Shalom dan Rafah yang dibuka untuk pengiriman bantuan. Keduanya berada di Gaza selatan, dan aliran bantuan internasional masih belum cukup untuk mengatasi bencana kemanusiaan di wilayah pesisir tersebut akibat pembatasan yang dilakukan Israel.

Pada Kamis pagi Biden berbicara kepada Netanyahu, dan memperingatkan bahwa dukungan AS di masa depan atas perang Israel di Gaza tergantung pada penerapan perubahan besar-besaran oleh Tel Aviv menyusul pembunuhan yang "tidak dapat diterima" terhadap tujuh pekerja bantuan kemanusiaan di Gaza.

Pernyataan itu muncul setelah Israel melancarkan serangan pada Senin terhadap konvoi kemanusiaan di Gaza tengah yang menewaskan tujuh pekerja bantuan yang bekerja untuk World Central Kitchen (WCK) yang menurut pendirinya Chef Jose Andres sebagai "serangan langsung atas kendaraan yang ditandai dengan jelas yang pergerakannya diketahui” oleh tentara Israel.

Gedung Putih mengatakan Biden “menyatakan dengan jelas perlunya Israel mengumumkan dan menerapkan serangkaian langkah spesifik, konkrit, dan terukur untuk mengatasi kerugian sipil, penderitaan kemanusiaan, dan keselamatan pekerja bantuan.”

“Dia dengan tegas mengatakan bahwa kebijakan AS terkait Gaza akan ditentukan oleh penilaian kami terhadap tindakan segera Israel dalam langkah-langkah ini,” katanya.

Gedung Putih kemudian menolak untuk merinci langkah-langkah apa yang sedang dipertimbangkan oleh sang presiden. Namun disebutkan, AS mengharapkan Israel mengambil langkah-langkah “dalam beberapa jam dan hari mendatang,” termasuk mengizinkan “peningkatan bantuan kemanusiaan secara dramatis” ke Gaza dan membuka penyeberangan perbatasan tambahan untuk pengiriman bantuan.

Masih harus dilihat apakah perjanjian tersebut benar-benar akan menghasilkan peningkatan volume bantuan yang masuk ke Gaza.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Jumlah warga Palestina yang tewas di Gaza tembus 33.000 orang

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024