Kita harus pandai membaca situasi dan mencari solusi,
Samarinda (ANTARA) -
Setiap bulan Ramadhan, geliat bisnis bingkisan (hampers) di Samarinda, Kalimantan Timur, kian manis. Tradisi berbagi bingkisan Lebaran ini tak hanya menjadi momen kebersamaan, tetapi juga peluang menggiurkan bagi pengusaha.

Salah satunya adalah Fidriansyah dan Maya Asmaya, suami istri yang telah 10 tahun menekuni bisnis bingkisan di bawah bendera "Mutiara Hampers Samarinda". Berawal dari melihat peluang yang jarang dilirik orang Samarinda, kini toko yang beralamat di Jalan Abul Hasan, Kelurahan Pasar Pagi, Samarinda, menjelma menjadi salah satu pemain utama di pasar bingkisan lokal.


Puncak keuntungan 

Fidriansyah mengungkapkan bahwa Ramadhan adalah puncak penjualan bingkisan karena  dibandingkan hari biasa, penjualannya bisa melonjak lebih dari 10 kali lipat. Momen ini bagaikan panen raya bagi para pengusaha bingkisan.

"Biasanya di luar Ramadhan, kami tetap menjual parsel, tapi tidak seramai ini. Ada momen lain seperti Natal, Imlek, dan tahun baru, tapi tidak semelejit pada bulan puasa," katanya.

Tahun ini, toko tersebut menargetkan penjualan 1.000 keranjang, meningkat dari 800 keranjang tahun sebelumnya. Kisaran harga bingkisan  mereka bervariasi, mulai dari Rp100.000 hingga Rp5 juta, disesuaikan dengan anggaran dan kebutuhan pelanggan.

Tingginya permintaan pada momen Ramadhan tak jarang juga menghadirkan tantangan. Keduanya dibantu lima karyawan untuk mengelola pesanan, mulai dari pengemasan, hingga pengiriman.

"Kadang ada yang mendadak, maunya malam ini, padahal sudah banyak pesanan. Kita harus pandai membaca situasi dan mencari solusi," ujar Maya.

Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, mereka menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pengrajin lokal dan perusahaan. Bahan-bahan bingkisan, seperti keranjang, didapatkan dari luar Samarinda, dipesan jauh-jauh hari untuk menghindari kehabisan stok.

Untuk isi bingkisan sendiri, ia juga bekerja sama dengan pengusaha kue kering lokal, mengingat bingkisan saat ini harus mengedepankan produk-produk buatan khas daerah.

"Kami sudah berlangganan dengan pengusaha kue kering di sini, yang rutin mengantarkan produknya ke toko kami," ungkapnya.

Beberapa isian juga menggunakan produk yang biasa tersedia di pasaran, seperti biskuit, sirup botol, minyak goreng, dan barang lainnya.

Tak lupa, untuk menjaga kualitas dari bingkisan yang dijual, mereka kerap memeriksa tanggal kedaluwarsa dari produk-produk tersebut. Fidriyansyah menerapkan standar barang yang boleh dijadikan isian bingkisan minimal satu tahun sebelum masa kedaluarsa.

Namun, materi bingkisan sendiri tak melulu soal makanan, tapi menyesuaikan selera konsumen. Beberapa juga diisi dengan perkakas dapur, cangkir dan teko keramik, barang pecah belah, dan produk-produk lainnya.

Pelanggan Mutiara Hampers Samarinda tak hanya berasal dari Samarinda, tetapi juga luar daerah, bahkan hingga Jakarta dan Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis bingkisan lokal memiliki potensi untuk berkembang di pasar nasional.

"Banyak yang pesan dari luar Samarinda, mungkin karena mereka melihat iklan di Facebook, katalog WA, atau Instagram," kata Fidriansyah.

Uniknya, pola pemesan dari luar daerah, seperti dari Surabaya dan Jakarta, biasa dilakukan untuk mengirim paket bingkisan ke kerabatnya di Kalimantan Timur. Itu dilakukan mereka mengingat efektivitas waktu dan jarak.

Untuk pelanggan lokal biasanya berasal dari instansi Pemerintah, perusahaan tambang, maupun pemesanan pribadi. Pada momen menjelang Lebaran, sehari bisa tembus 200 paket bingkisan.

Di tengah geliat bisnis tersebut, Fidriansyah dan Maya juga merasakan beberapa tantangan, seperti munculnya pesaing baru dan tingginya permintaan mendadak.

Meski demikian, mereka optimistis bahwa bisnis bingkisan akan terus berkembang di masa depan. Dengan adaptasi, inovasi, dan kerja sama, pengusaha lokal tetap dapat bersaing dan memberikan layanan terbaik bagi pelanggan.

Bisnis bingkisan di Samarinda memang menunjukkan potensi yang besar. Tradisi berbagi pada momen Ramadhan telah menjadi peluang menggiurkan bagi para pengusaha lokal. Dengan kerja keras, adaptasi, dan kerjasama, bisnis ini dapat terus berkembang dan menjangkau pasar yang lebih luas.


Tradisi berbagi

Bagi Siti Aisyah, salah seorang pelanggan, berbagi bingkisan bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan momen istimewa untuk mempererat tali silaturahim dengan orang-orang tersayang. Momen menjelang Lebaran terasa kian lengkap dengan bingkisan penuh makna ini, yang isinya tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menghadirkan kehangatan dan keceriaan.

"Hampers seakan menjadi tradisi wajib tahunan bagi saya dan keluarga. Biasanya ini untuk saling berbalas kasih kepada teman maupun sanak saudara," ungkap Aisyah.

Tradisinya untuk selalu membagi bingkisan karena ia merasa senang ketika menerima bingkisan dari kerabat atau rekannya.

Bagi Aisyah, bingkisan ideal tak hanya memanjakan lidah dengan aneka kue kering dan minuman lezat, tetapi juga memberikan sentuhan praktis dan bermanfaat. Perpaduan antara makanan dan perkakas unik menjadi favoritnya.

Contohnya, dalam isian ada biskuit kalengan, minuman ringan, namun ada juga barang non-makanan, seperti paket sendok, gelas cantik, mukena, dan barang menarik lainnya.

Tradisi tersebut tak hanya tentang memberi dan menerima bingkisan, tetapi juga tentang mempererat silaturahim dan kebersamaan. Baginya, di balik indahnya dekorasi dan isian bingkisan, terpancar ketulusan dan rasa cinta yang ingin dibagikan.

Pada momen spesial Ramadhan menjelang Lebaran, tradisi saling memberi bingkisan menjadi perekat hubungan antarkeluarga dan sahabat yang tak ternilai harganya.




 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024