Gresik (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gresik menerima kunjungan kerja Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk membahas rehabilitasi rumah terdampak gempa di Kepulauan Bawean.
 
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani dalam keterangannya yang diterima di Surabaya, Sabtu, mengatakan bahwa gempa di Pulau Bawean juga pernah terjadi puluhan tahun lalu.
 
"BMKG menceritakan bahwa sekitar 70 tahun lalu Pulau Bawean pernah mengalami kondisi gempa. Kami merasa prihatin, semoga dengan diskusi ini dapat menemukan titik terang dan dapat membantu rehabilitasi pascagempa di Kepulauan Bawean," ujarnya.
 
Sekretaris Daerah Kabupaten Gresik Achmad Washil Miftahul Rachman mengatakan adapun permasalahan utama yang dihadapi di Pulau Bawean antara lain kondisi bangunan hunian yang mengalami rusak serta kondisi psikologi masyarakat yang masih ketakutan apabila terjadi gempa kembali.
 
"Banyak masyarakat Bawean yang saat ini takut masuk rumah terutama di malam hari. Hal ini menyebabkan masyarakat Bawean merasa khawatir jika terjadi gempa yang cukup tinggi ditambah dengan kondisi bangunan di Bawean tidak tahan gempa," ucapnya.
 
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto memberikan contoh saat mengatasi bencana erupsi Gunung Semeru dengan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak.
 
"Gresik ini perlu menginisiasi kolaborasi dengan perusahaan di sekitar Gresik serta sivitas akademika untuk mengatasi gempa di Pulau Bawean. Membuat master plan dan disusun skala prioritas dan membentuk tim yang intensif untuk berkoordinasi di lapangan" ujarnya.
 
Oleh karena itu, pihaknya memberikan saran dan masukan terkait dampak bencana gempa di Bawean.
 
"Pertama, perlu melakukan sosialisasi apabila terjadi gempa kepada masyarakat Bawean bersama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)," katanya.
 
Kedua, perlu melakukan gerak cepat dan membentuk tim khusus (satgas) guna mengatasi gempa.
 
Selanjutnya, perlu memberikan stempel pada setiap rumah yang terdampak gempa seperti rumah rusak ringan, sedang, dan berat.
 
"Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi dan imbauan kepada masyarakat Bawean," ucapnya.
 
Kemudian, memberikan stimulan dan trauma healing kepada anak kecil dengan membentuk kelompok tertentu dengan menggunakan metode-metode yang ada seperti lagu "kalau ada gempa lindungi kepala, kalau ada gempa sembunyi di bawah meja".
 
"Yang terakhir, melakukan kolaborasi baik dengan perusahaan atau perguruan tinggi untuk menjadi fasilitator pendamping perbaikan rumah yang rusak dalam mengatasi gempa dan merancang pembangunan rumah untuk masyarakat yang terdampak gempa," ujar Iwan.

Baca juga: BPBD Jatim data 241 fasum rusak terdampak gempa Bawean

Baca juga: Pj Gubernur Jatim prioritaskan pemenuhan kebutuhan dasar korban gempa

Pewarta: Indra Setiawan/Naufal
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024