Sebuah skenario seperti itu tidak bisa diterima sama sekali. Skenario ini akan menghancurkan sepenuhnya kelangsungan proses (perdamaian)."
Bogota (ANTARA News) - Upaya pembunuhan mantan Presiden Alvaro Uribe yang diduga direncanakan oleh kelompok gerilya FARC "tidak bisa diterima" dan akan "menghancurkan" proses ke arah perdamaian Kolombia, kata perunding utama pemerintah Humberto de la Calle, Rabu.

"Sebuah skenario seperti itu tidak bisa diterima sama sekali. Skenario ini akan menghancurkan sepenuhnya kelangsungan proses (perdamaian)," kata de la Calle, seorang mantan wakil presiden, dalam sebuah forum di Bogota, lapor AFP.

Pernyataannya itu disampaikan sehari setelah Kolombia menyatakan memperketat keamanan pascaterbongkarnya rencana FARC membunuh Uribe, seorang pengecam sengit perundingan perdamaian.

"Jika di Havana kita berbicara mengenai toleransi, mengenai pluralisme, FARC seharusnya membawa jaminan non-agresi," kata de la Calle.

"Kita tidak boleh lupa bahwa tujuan perundingan ini adalah menghilangkan ancaman-ancaman dari muka Kolombia," tambahnya.

Uribe (61) mengobarkan perang sengit dengan FARC selama kepresidenannya dari 2002 hingga 2010, yang mengurangi kekuatan kelompok pemberontak kiri terbesar Kolombia itu hingga separuh dan mengurung mereka di daerah-daerah terpencil di negara tersebut.

Setelah mengakhiri tugas, ia berselisih dengan Santos, mantan menteri pertahanan dan penggantinya, karena berusaha mencapai perdamaian dengan FARC dan memperbaiki hubungan dengan negara tetangga, Venezuela.

Selama setahun terakhir, pemerintah Presiden Juan Manuel Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu.

Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan -- reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.

FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012 yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba.

Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

Babak perundingan terakhir yang diadakan pada 2002 gagal ketika pemerintah Kolombia menyimpulkan bahwa kelompok itu menyatukan diri lagi di sebuah zona demiliterisasi seluas Swiss yang mereka bentuk untuk membantu mencapai perjanjian perdamaian.

Kekerasan masih terus berlangsung meski upaya-upaya perdamaian dilakukan oleh kedua pihak.

FARC, kelompok gerilya kiri terbesar yang masih tersisa di Amerika Latin, diyakini memiliki sekitar 9.200 anggota di kawasan hutan dan pegunungan di Kolombia, menurut perkiraan pemerintah. Kelompok itu memerangi pemerintah Kolombia sejak 1964.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013