New York (ANTARA News) - Harga minyak sedikit bangkit kembali pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah kontrak patokan AS mencapai terendah dalam lima bulan pada hari sebelumnya.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 84 sen menjadi ditutup pada 93,88 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP dan Xinhua.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember naik 1,31 dolar AS menjadi menetap di 107,12 dolar AS per barel di perdagangan London.

Para analis mengaitkan kenaikan pada Rabu terutama karena meningkatnya perdagangan setelah aksi jual pada Selasa (12/11), daripada pergeseran mendadak dalam dinamika penawaran dan permintaan.

"Tidak ada banyak pendorong pembelian," kata David Bouckhout, penyiasat komoditas senior di TD Securities.

Kenaikan itu adalah "sedikit pembalikan setelah aksi jual agak agresif kemarin," kata Bouckhout.

Harga minyak AS telah cenderung lebih rendah sejak awal Oktober karena terus meningkatnya pasokan minyak mentah ketika lebih banyak kilang penyulingan melakukan perawatan berkala.

Penurunan tajam pada Selasa terjadi karena para analis mencemaskan tentang laporan mingguan persediaan minyak AS yang akan dirilis pada Kamis waktu setempat, terlambat sehari dari biasanya, karena libur pemerintah federal pada Senin (11/11). Analis memperkirakan persediaan minyak mentah AS naik sebesar satu juta barel, menurut survei oleh Dow Jones Newswires.

Gene McGillian, analis dan broker di Tradition Energy, mengatakan "fundamental tetap lemah" dalam minyak dan bahwa kenaikan harga pada Rabu kemungkinan tidak menandakan tren yang lebih besar.

Ekspektasi bahwa Federal Reserve bisa lebih cepat menarik kembali program pembelian obligasinya juga membebani minyak, kata McGillian.

Produksi minyak di Amerika Serikat melampaui impor minyak untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade pada Oktober, kata Badan Informasi Energi AS, Rabu.

Produksi minyak AS meningkat terutama dibantu oleh produksi dari hasil penyulingan cadangan berbasis serpih, produksi domestik mencapai 7,7 juta barel per hari pada bulan lalu, tertinggi dalam 24 tahun. Terakhir produksi minyak AS mengungguli impor adalah pada Februari 1995.

Sementara pasokan minyak di AS tetap kuat, pasar Eropa menghadapi beberapa ketidakpastian karena gangguan pasokan di Libya.

Seorang pejabat minyak Libya mengatakan kepada AFP pada pekan lalu bahwa penutupan produksi yang berkaitan dengan protes politik telah mengurangi produksinya menjadi 250.000 barel per hari, dari 1,5 juta barel per hari sebelum protes meletus pada Juli.

Kekhawatiran juga terus berlanjut di Libya karena pengunjuk rasa memblokir pelabuhan ekspor minyak pada Selasa.

Harga minyak "rebound", juga setelah menteri minyak Kuwait mengatakan ia memperkirakan tidak ada perubahan dalam target produksi minyak mentah pada pertemuan tingkat menteri Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) berikutnya.

Sementara itu Badan Energi Internasioanl (IEA) memperkirakan bahwa Amerika Serikat akan menjadi produsen minyak terbesar pada 2015. Kenaikan produksi minyak dari Amerika Utara dan Brazil akan mengurangi peran negara-negara OPEC dalam memuaskan dahaga dunia untuk minyak selama dekade berikutnya.


Penerjemah: Apep Suhendar

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013