Terkendalanya program pengembangan energi nuklir di Indonesia, membuat para tenaga ahli yang ada tidak bisa dimanfaatkan keahliannya secara maksimal,"
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia bakal kehilangan hampir separuh tenaga ahli nuklir yang bertugas di Kementerian Riset dan Teknologi karena harus memasuki masa pensiun.

Kepala Pusat Reaktor Serbaguna GA Siwabessy Serpong, Alim Tarigan, Kamis di Jakarta mengungkapkan, untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli nuklir ini, Kementerian Riset dan Teknologi memberikan beasiswa pendidikan bagi tenaga ahli nuklir.

Menurut Tarigan di sela-sela kunjungan rombongan Pemprov Kalsel dan wartawan Komunitas Jurnalis Pena Hijau Indonesia, saat ini hampir separuh dari ratusan ilmuwan atau tenaga ahli bidang nuklir Indonesia akan memasuki masa pensiun.

"Banyaknya tenaga ahli nuklir yang masuk masa pensiun ini, tentu saja akan banyak berpengaruh pada program pengembangan teknologi dan energi nuklir," katanya.

Menurut dia, saat ini Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), memiliki 3.000 pegawai dan ratusan orang diantaranya berstatus tenaga ahli.

Mengantisipasi kekosongan tenaga ahli tersebut, Kemenristek kini memberikan beasiswa kepada ratusan putra Indonesia untuk bejalar berbagai hal tentang nuklir.

Saat ini, kemampuan para tenaga ahli tersebut belum berfungsi maksimal, karena masih banyaknya kendala program pengembangan energi nuklir di Indonesia.

Pengembangan nuklir nasional, kata dia, belum mendapatkan dukungan dari masyarakat maupun perusahaan secara luas, karena adanya kekhawatiran tentang berbagai hal akibat kurangnya sosialisasi tentang manfaat nuklir bagi perkembangan teknologi.

"Terkendalanya program pengembangan energi nuklir di Indonesia, membuat para tenaga ahli yang ada tidak bisa dimanfaatkan keahliannya secara maksimal," katanya.

Padahal tambah Alim Tarigan, Indonesia sudah sangat siap untuk mengembangkan nuklir menjadi energi, guna mengantisipasi ancaman krisis energi.

Lebih jauh dikemukakan, Indonesia sudah cukup berpengalaman dalam pengelolaan energi nuklir.

Hal tersebut terbukti dari berdirinya reaktor serbaguna di sejumlah daerah seperti Serpong, Bandung dan Jogya, sejak 26 tahun lalu.

Sejauh ini keberadaan reaktor serbaguna tersebut untuk kepentingan penelitian, produksi, industri, kesehatan dan pertanian.

Staf Khusus Menristek, Gusti Nurpansyah, mengatakan pihaknya telah memberikan beasiswa kepada 130 orang dari berbagai daerah untuk menjadi tenaga ahli nuklir. "Program beasiswa ini, merupakan langkah kesiapan kita mencukupi kebutuhan tenaga ahli nuklir di masa datang," katanya. (U004/M009)

Pewarta: Ulul M
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013