Jakarta (ANTARA News) - Menko Perekonomian Boediono mengatakan hingga kini Indonesia masih belum efisien dalam penggunaan energi dan ini terlihat pada koefisien elastisitas penggunaan energi yang masih 1,84 persen untuk peningkatan satu persen PDB. "Penggunaan energi yang efisien ditujukan pada pemanfaaan energi untuk peningkatan produksi nasional. Menurut beberapa ahli Indonesia belum efisien," kata Boediono, saat melakukan pencanangan program aksi penyediaan dan pemanfaatan energi alternatif, di Gedung Depkeu, Jakarta, Selasa. Kalau dilihat dari koefisien elastisitas penggunaan energi untuk meningkatkan poroduksi nasional satu persen, penggunaan energi kita mencapai 1,84 persen," katanya. Di beberapa negara maju, katanya, koefisien elastisitas tersebut sudah berada di bawah satu persen. "Karena itu, jika peningkatan PDB satu persen hanya membutuhkan satu persen konsumsi atau produksi energi, itu lebih baik." Dalam kesempatan itu, Boediono, mengemukakan tahun ini adalah era kebangkitan energi Indonesia kedua, setelah era kebangkitan energi pertama di tahun 70-an dengan boomingnya energi fosil. Kini, pemerintah telah menggalakkan produksi dan konsumsi energi alternatif. "Tujuan utama dari kebijakan energi nasional itu adalah untuk mengembangkan energi yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara murah dan terjangkau, sehingga dunia usaha bisa bersaing di pasar dalam dan luar negeri." Tujuan lain yang ingin dicapai dari kebijakan energi nasional adalah kelestarian. "Jangan sampai energi alternatif ini hanya untuk 5-10 tahun ke depan," katanya. Dikatakannya kini pemerintah telah mengeluarkan payung hukum untuk penyediaan energi alternatif, yaitu Perpres No.5/2006 tentang kebijakan energi nasional, Inpres No.1/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar lain serta Inpres No.2/2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan batu bara yang dicairkan. Dalam satu tahun ke depan, Boediono menegaskan, kebijakan energi alternatif yang telah memiliki rencana aksi adalah penggantian BBM dengan gas, batubara, serta bio-diesel atau etanol, namun tidak menutup kemungkinan pengembangan energi alternatif lainnya, seperti panas bumi, angin, dan ombak laut. (*)

Copyright © ANTARA 2006