"Hal ini sama artinya bahwa ritual ibadah puasa yang telah dijalankan dengan baik namun ibadah muamalahnya sedikit terganggu. Semisal tidak mampu menjaga ucapannya, perilakunya dan hal yang tidak baik yang menyakiti orang lain, maka itu memengaruhi nilai ibadah puasa," ujar dia di Manado, Rabu.
Begitu pula ibadah puasa yang seharusnya membentuk sikap dan perilaku manusia bertaqwa, katanya, akan tetapi justru menimbulkan ketegangan konflik dan lainnya dalam kehidupan bersama.
Sarbin yang juga Kepala Kanwil Kementerian Agama Sulut itu, mengemukakan bahwa hidup beragama sesungguhnya bukan hanya mengejar besarnya ibadah individual atau mengejar tingginya derajat di hadapan Allah semata.
Baca juga: Khatib sampaikan tiga pesan di momentum Idul Fitri
Akan tetapi, ujar dia, kualitas beribadah semestinya dibuktikan dengan kesalehan sosial dan bermasyarakat.
"Kesalahen individu harus berbanding lurus dengan kesalehan sosial," ujarnya.
Kualitas iman atau beragama seseorang, kata dia, dinilai belum sempurna jika tidak mampu menghormati tamu atau berkata yang baik, bahkan lebih baik diam daripada berbicara atau membuat sakit hati orang lain.
Menurut dia, begitu tinggi dimensi kemanusiaan dalam proses pembangunan Islam
Fakta beragama atau keimanan seperti ini, kata dia, menunjukkan dimensi sosial menjadi faktor determinan dalam bentuk kesempurnaan dan kualitas keimanan seseorang di hadapan Allah atau kualitas ibadah seseorang.
"Dalam ajaran Islam secara menyeluruh mengharapkan umatnya berperilaku yang baik dan memberi manfaat yang besar untuk kehidupan bersama, kehidupan sosial, kepekaan dan kepedulian," ujarnya.
Jamaah dari berbagai tempat di Kota Manado dan sekitarnya sejak pagi mulai berdatangan ke Lapangan Tikala Manado, depan Kantor Wali Kota untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri 1445 Hijriah.
Aparat kepolisian berada di sekitar lokasi yang menjadi tempat pelaksanaan Shalat Idul Fitri 1445 H tersebut.
Baca juga: Khatib Biak: Ibadah puasa membentuk kejujuran dan kepedulian sosial
Baca juga: Khatib: Lebaran bukan sekadar baju baru, tetapi peningkatan ketakwaan
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024