Gaborone (ANTARA) - Botswana Diamonds (BOD), perusahaan pertambangan yang melantai di Bursa Efek Botswana (Botswana Stock Exchange/BSE), mengadopsi penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk menemukan cadangan berlian baru.

Informasi terbaru dari para pemangku kepentingan perusahaan itu yang dirilis pada Selasa (9/4) menguraikan bahwa penggunaan AI akan membantu dalam "pencarian komprehensif" untuk menemukan deposit berlian baru dan kemungkinan sejumlah mineral lainnya.

"Basis data mineral kami di Botswana sangat besar, terlalu besar untuk dianalisis secara tepat waktu oleh manusia," ujar Chairman BOD John Teeling, seraya memaparkan bahwa basis data mineral milik perusahaan itu terdiri dari 95.000 kilometer persegi data, 375.000 kilometer data geofisika dari udara, 606 survei geofisika darat, 228.000 hasil sampel tanah, 32.000 log lubang pengeboran, dengan total data mencapai 380 gigabita dan 260.000 dokumen.

Teeling menyampaikan bahwa basis data yang sangat besar itu cocok untuk dianalisis menggunakan model data besar berbasis komputer dan teknik-teknik kecerdasan buatan yang dapat menganalisis data dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

"Kami memasukkan data itu dan menciptakan berbagai model dari pengetahuan yang kami miliki, baik secara teoretis maupun faktual," imbuhnya.
 
  Seorang karyawan KGK Diamonds Botswana memeriksa berlian di Gaborone, Botswana, 18 Januari 2023. (Xinhua/Tshekiso Tebalo)


BOD akan memanfaatkan teknologi prospektivitas mineral Planetary AI Ltd Xplore yang dikembangkan melalui kolaborasi dengan International Geoscience Services Limited, sebuah sistem yang menggunakan perpaduan unik antara teknologi semantik dan pembelajaran mesin (machine learning).

Teknologi semantik merupakan cabang dari kecerdasan buatan yang berfokus pada pemahaman dan penyajian makna data, informasi, dan pengetahuan dalam format yang dapat dibaca oleh mesin.

Teeling menuturkan bahwa sistem itu bertindak seperti ahli geologi, namun dapat bekerja dengan lebih cepat dan efisien. Kumpulan data yang begitu besar diproses melalui AI yang menemukan celah logis pada data dan belajar untuk mengoreksinya.

"Penerapan ini diharapkan dapat menghasilkan wawasan baru yang akan mengusulkan target-target yang dapat dibor yang tidak terlihat sebelumnya," kata Teeling.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024