Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah RI tetap tunduk pada keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang pengiriman pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Ke Lebanon, meski ada penolakan dari Israel. "Sepenuhnya tergantung pada keputusan PBB, tentang negara mana saja yang diikutisertakan dalam pasukan pemelilhara perdamaian, bukan berdasar hubungan diplomatik dengan Israel," kata Menhan Juwono Sudarsono usai menerima kunjungan Menteri Pertahanan (Menhan) Singapura Teo Chee Hean di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, Indonesia sudah lama tergabung dalam pasukan pemelihara perdamaian PBB temasuk dalam penyelesain konflik antara negara-negara Arab dan Israel pada 1957. "Kita telah lama menjadi bagian dari pasukan pemelihara perdamaian PBB, jadi semua tergantung pada PBB bukan Israel," kata Juwono menegaskan. Menhan menambahkan, hingga kini PBB masih menentukan negara mana saja yang akan dilibatkan sebagai bagian dari pasukan pemelihara perdamaian di Lebanon. "Diharapkan dalam pekan ini, telah ada kejelasan kapan pasukan kita akan diberangkatkan," ungkapnya. Hingga kini Israel masih menolak kehadiran negara yang tidak ada hubungan diplomatik dengan negara tersebut, tergabung dalam pasukan perdamaian PBB karena dikhawatirkan akan mendukung perjuangan Hizbullah. PBB diberi kewenangan menempatkan hingga 15.000 tentara penjaga perdamaian untuk membantu 15.000 tentara Lebanon memperluas otoritas di selatan. Beberapa negara yang telah menyatakan siap bergabung adalah Australia, Brunei Darussalam (200 personel), Finlandia (200), Perancis (5.000), Indonesia (1.000), Italia (2.000-3.000), Malaysia (850-1.000), Maroko (1.500-2.000), Spanyol (700) dan Turki sekitar 7.000 personel. Hasil pembahasan di Dewan Keamanan (DK) PBB, pasukan pemelihara perdamaian ke Lebanon itu akan dipimpin Itali, namun pemerintah negara itu mensyaratkan agar Israel menghormati gencatan senjata yang telah diamanatkan PBB melalui Resolusi 1701 sebelum pihaknya mengirimkan personel militernya. "Kami tidak akan mengirimkan 2.000 hingga 3.000 personel ke Lebanon, jika Israel masih melakukan tembakan atau serangan. Mereka (Israel-red) harus menghormati gencatan senjata yang telah diamanatkan PBB," kata Menteri Luar Negeri Itali Massimo D`Alema, seperti dikutip harian setempat "La Repubblica".(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006