Beijing (ANTARA) - Output industri bernilai tambah China, yang merupakan salah satu indikator ekonomi penting, naik 6,1 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal pertama (Q1) tahun ini.

Menurut data dari Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China pada Selasa (16/4), output sektor manufaktur tumbuh sebesar 6,7 persen.

Sektor manufaktur teknologi tinggi mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,5 persen, naik 2,6 poin persentase dari kuartal keempat (Q4) tahun 2023.

Pada Maret, output industri bernilai tambah tumbuh 4,5 persen (yoy).

Dari Januari hingga Februari, perusahaan-perusahaan industri besar di seluruh China merealisasikan total keuntungan sebesar 914,1 miliar yuan (1 yuan = Rp2.194), naik 10,2 persen (yoy).

Output industri digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan yang masing-masing memiliki omzet bisnis utama tahunan minimal 20 juta yuan.

Data pada Selasa ini juga menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 5,3 persen (yoy) pada Q1 tahun ini.

Pertumbuhan PDB sebesar 5,3 persen pada Q1 sebagian besar didorong oleh rebound di sektor industri dan peningkatan di sektor jasa, kata wakil kepala NBS Sheng Laiyun.

Sheng mengaitkan pertumbuhan industri yang lebih baik dari perkiraan pada Q1 dengan sejumlah faktor, termasuk peningkatan kepercayaan dunia usaha yang didorong oleh kebijakan dan perubahan positif dalam permintaan domestik serta eksternal.

Pemerintah pusat memperkenalkan kebijakan-kebijakan skala besar mengenai pembaruan dan rekonstruksi peralatan serta praktik tukar tambah (trade-in) barang konsumsi, yang sampai batas tertentu juga meningkatkan kepercayaan bisnis, mendorong beberapa perusahaan untuk menjadwalkan produksi terlebih dahulu, ujarnya dalam sebuah konferensi pers.

Industri manufaktur teknologi tinggi utama pada Q1 membukukan output industri bernilai tambah sebesar 1,1 poin persentase, katanya, seraya menyoroti peran momentum pertumbuhan baru dan industri baru.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2024