Shenzhen, China (ANTARA News) - Perguruan tinggi semakin tidak mampu mengejar perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat, kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika Aizirman Djusan.

"Sebenarnya 250 program studi di perguruan tinggi di Indonesia meluluskan 300 ribu tenaga TIK per tahun sehingga secara kuantitatif cukup," kata Aizirman pada penutupan program "Telecom Seeds for the Future" di Kantor Pusat Huawei di Shenzhen, China, Jumat.

Namun secara kualitatif kurang karena perkembangan TIK sangat pesat dan cepat berubah, sementara untuk mengubah dan menambah kurikulum dan program studi guna mengikuti perkembangan tersebut lamban.

"TIK berkembang makin pesat beberapa tahun terakhir ini dan sulit dikejar oleh perguruan tinggi. Karena itulah program semacam yang dilakukan Huawei ini bisa membantu lulusan dan mahasiswa kita jadi semakin paham perkembangan baru TIK sebelum memasuki dunia kerja," katanya.

Program beasiswa pelatihan di Kantor Pusat Huawei di Shenzhen, China, selama satu minggu yang merupakan CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) Huawei diikuti 15 peserta dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Telkom (ITT).

"Saya harap perusahaan-perusahaan TIK lainnya yang berinvestasi di Indonesia mengikuti jejak Huawei yang memiliki fokus program pada pengembangan SDM TIK. Produk peralatan TIK Huawei memang digunakan 50-60 persen operator telepon di Indonesia," katanya.

Sementara itu, salah seorang peserta dari ITB Satrio Danuasmo mengatakan ilmunya tentang TIK semakin bertambah karena di kantor pusat Huawei ia bisa melihat langsung pabrik dan labnya yang berperalatan lengkap.

"Sebenarnya pelajarannya mirip dengan yang diajarkan di kampus, tapi saya bisa lebih melihat praktik langsung tentang teknologi LTE, networking, optik, dan lain-lain. Sayangnya terlalu singkat sehingga banyak topik yang dilompati," katanya.

Ia mengaku sangat terkesan dengan budaya China dan iklim kerja di Huawei, seperti prinsip kerja keras, efisien, konsisten dan berorientasi pada kepuasan pelanggan.

Perusahaan ini berdiri pada 1988 oleh enam orang dengan modal 1.500 dolar AS, tapi sekarang pendapatannya sudah 11.000 kali modalnya itu dengan karyawan sekitar 150.000 orang.

"Ini bisa menjadi bekal semangat bagi saya," katanya.

Pewarta: Dewanti
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013