Ambon (ANTARA) - Ribuan masyarakat Maluku memeriahkan atraksi budaya "pukul sapu lidi" yang digelar di Negeri Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.

Acara yang digelar di lapangan negeri tersebut menarik perhatian masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa. Atraksi "pukul sapu lidi" diselenggarakan sebagai bagian dari perayaan Lebaran dan tujuh hari setelah Idul Fitri 1445 Hijriah.

"Ini memang sudah menjadi kegiatan rutin setiap tahun saat Lebaran, tujuh hari setelah Idul Fitri," kata Raja (Upu) Negeri Morella Fadil Sialana di Ambon, Rabu.

Ia menjelaskan, yang ditampilkan dalam kegiatan itu adalah budaya-budaya lokal yang ada di Negeri Morella.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara berjalan mengelilingi kampung sambil mementaskan atraksi budaya lokal Negeri Morella, seperti perahu yala, hadrat, tari reti, cakalele, tari manuhuai, bambu gila, tari lisa, tari saliwangi, toki gaba-gaba, karnaval obor kapahaha dan atraksi inti yakni "pukul sapu lidi".

Diketahui, tradisi "pukul sapu lidi" sudah menjadi tradisi turun temurun sejak tahun 1646, yang dilaksanakan setiap tujuh hari setelah Lebaran.

Atraksi "pukul sapu lidi" di Negeri Morella, Maluku Tengah, Rabu. ANTARA/Winda Herman
Dalam bahasa Morella, masyarakat menyebutnya "palasa" atau "baku pukul manyapu" yang artinya saling memukul dengan sapu lidi.

Pada pelaksanaannya, para peserta yang merupakan pemuda Morella dibagi dalam dua kelompok atau regu. Tiap regu berjumlah minimal 10 orang dengan memakai celana pendek, bertelanjang dada, serta memakai pengikat kepala merah atau biasa disebut dengan "kain berang".

Sebelum para pemuda ini memasuki arena pukul sapu, mereka menjalani ritual adat di baileo (rumah adat) oleh tua-tua adat.

Baca juga: Pemkab Lombok Tengah gelar tradisi Lebaran Topat

Baca juga: Pemkab Pasaman Barat apresiasi tradisi "Manjalang" Buya Lubuak Landua

Baca juga: Keraton Kanoman lestarikan tradisi “Grebeg Syawal” di Cirebon


Pewarta: Winda Herman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024