biar pun sakit tapi tahun depan saya tetap ikut
Ambon (ANTARA) - Sebanyak 80 pemuda Negeri Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah terlibat menjadi peserta atraksi pukul sapu lidi di Mamala.

Ketua panitia, Nawawi Lestaluhu mengatakan, atraksi ini menjadi tradisi tahunan Negeri Mamala yang digelar sudah secara turun-temurun.

“Ini adalah tradisi tahunan kita yang sudah dijalankan sejak turun-temurun. Kali ini, diikuti 80 pemuda,” kata Lestaluhu usai atraksi, di Ambon, Sabtu.

Ia mengaku, di tahun-tahun sebelumnya, ada yang ikut hanya sebanyak 60 pemuda saja. “Kadang ada yang ikut 60 orang ada juga 80 orang. Kalau sekarang yang ikut 80 orang. Penentuan berapa banyaknya tergantung hasil rapat kita,” terangnya.

Ia berhadap, tradisi ini dapat menjadi perhatian serius dari pemerintah untuk dipromosikan hingga ke mancanegara.

“Kami butuh perhatian dari pemerintah agar atraksi ini lebih dikenal luas di mancanegara. Kita butuh dukungan moril maupun materil,” ucap Lestaluhu.

Baca juga: Ribuan warga saksikan atraksi Pukul Sapu
Baca juga: Ribuan Warga Ikut Meriahkan Kirab Budaya di Negeri Morella

Sementara itu, salah satu peserta terlibat atraksi pukul sapu lidi, Gibran Nugraha Malawat yang baru pertama kali terlibat, ini mengaku pukul sapu lidi yang dipukul lawan mainnya ini terasa sangat sakit.

Saat atraksi dimulai, ia mengaku cukup menahan sakit saat dipukul dengan sapu lidi oleh lawan mainnya.

“Rasanya sakit, sangat perih,” kata Gibran.

Meski begitu, ia mengaku akan tetap mengikuti atraksi yang sudah menjadi tradisi negeri setempat ini pada tahun berikutnya.

Pasalnya, atraksi ini cukup menguji adrenalin khususnya bagi pemuda di negeri setempat.

“Biar pun sakit tapi tahun depan saya tetap ikut. Ini kemauan saya sendiri sebagai anak Negeri Mamala,” ungkapnya.

Berdasarkan pantauan, warga sudah mulai memadati lokasi atraksi sejak pukul 14.00 WIT. Meski terpapar sinar matahari langsung, namun warga tetap semangat menantikan atraksi dimulai. Atraksi pun berjalan lancar hingga selesai.

Tradisi pukul sapu lidi ini digelar setiap 7 Syawal atau 7 hari setelah lebaran Idul Fitri dikarenakan masyarakat Mamala pada umumnya setelah satu syawal, melanjutkan puasa sunnah hingga enam hari syawal.

Baca juga: Warga Jepara gelar panjat pinang di laut sambut syawalan
Baca juga: BPIP: Syawalan miliki beragam makna spiritual sosial dan politik
Baca juga: Pekalongan izinkan penyelenggaraan tradisi Syawalan potong lopis

 

Pewarta: Winda Herman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023