Jakarta (ANTARA) -
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di akhir perdagangan Kamis menguat dipengaruhi sentimen penundaan pemotongan suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
 
Kurs rupiah ditutup meningkat 41 poin atau 0,25 persen menjadi Rp16.179 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.220 per dolar AS.
 
"Dolar melemah pada hari Kamis karena para pedagang menilai prospek suku bunga AS setelah komentar dari pejabat Federal Reserve yang memperkuat ekspektasi bahwa pengaturan moneter akan tetap ketat untuk jangka waktu yang lebih lama," kata ekonom Ibrahim Assuaibi kepada awak media di Jakarta, Kamis.
 
Pasar memperkirakan pemotongan suku bunga The Fed sebesar 44 basis poin tahun ini, jauh lebih rendah dari perkiraan awal tahun sebesar 160 basis poin (bps), dengan bulan September menjadi titik awal terbaru dari siklus pelonggaran, menurut CME FedWatch Tool.
 
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka itu menuturkan para pedagang sebelumnya memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Juni 2024 namun serangkaian data ekonomi termasuk indeks harga konsumen (CPI) AS dan penolakan dari para bankir bank sentral telah mengubah ekspektasi tersebut.
 
Aktivitas ekonomi AS sedikit meningkat dari akhir Februari 2024 hingga awal April 2024 dan perusahaan-perusahaan mengisyaratkan mereka memperkirakan tekanan inflasi akan tetap stabil, menurut survei Federal Reserve pada Rabu.
 
Gubernur Fed Michelle Bowman pada Rabu mengatakan kemajuan dalam perlambatan inflasi AS mungkin terhenti, dan masih menjadi pertanyaan apakah suku bunga cukup tinggi untuk memastikan inflasi kembali ke target 2 persen The Fed.
 
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis naik ke level Rp16.177 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.240 per dolar AS.

Baca juga: Menimbang opsi terbaik untuk menjaga kestabilan rupiah
Baca juga: BI waspadai risiko disinflasi gradual dari konflik geopolitik
Baca juga: Kemenperin siapkan insentif amankan industri dari dampak geopolitik

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024