Hefei (ANTARA) - Selain mandat Uni Eropa (EU) untuk registrasi bea cukai impor kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dari China dan potensi tarif retroaktif, Amerika Serikat (AS) dan Inggris juga sedang bersiap melakukan apa yang mereka sebut sebagai investigasi antisubsidi atau investigasi risiko keamanan nasional terhadap EV produksi China.

Ekspor mobil listrik China terancam menghadapi hambatan.

Kondisi itu disebabkan oleh negara-negara terkait yang berusaha menerapkan proteksionisme dan pembatasan perdagangan dengan mengatasnamakan "persaingan yang adil" dan "keamanan nasional", yang melanggar prinsip-prinsip ekonomi pasar dan aturan WTO.

Hal ini juga mencerminkan peningkatan daya saing dari industri kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) China.

Dalam sebuah kunjungan lapangan baru-baru ini, jurnalis Xinhua menemukan bahwa keunggulan kompetitif NEV China tidak bergantung pada subsidi, melainkan pada integritas rantai pasokan dan konsentrasi industri, persaingan pasar penuh, serta peningkatan pesat teknologi yang didorong oleh pasar yang skalanya sangat besar.

NEV yang diproduksi oleh China tidak hanya memberikan opsi yang beragam bagi konsumen global, tetapi juga membantu lebih banyak negara mencapai transformasi hijau dan rendah karbon, serta pembangunan berkelanjutan.

Keunggulan penggerak pertama (first-mover advantage) dari industri otomotif China dalam transisi ke energi baru terus mendorong transformasi industri otomotif global.

Integrasi 

Dengan dukungan sistem industri terlengkap, industri manufaktur China terus menempati peringkat pertama di dunia selama lebih dari satu dekade.

Dalam industri energi baru, China memiliki rantai industri yang lengkap dan meliputi penelitian dan pengembangan material, desain rekayasa, manufaktur, dan perakitan akhir, yang membentuk sejumlah klaster industri otomotif yang sesuai dengan pola pengembangan "sirkulasi ganda" negara tersebut, yang menjadikan pasar domestik sebagai basis utama sembari memungkinkan pasar domestik dan internasional untuk saling memperkuat.

Beberapa daerah di China, seperti Kota Hefei di Provinsi Anhui, membangun sistem rantai pasokan dan industri yang lengkap untuk industri NEV yang berkembang pesat.

Hefei menjadi rumah bagi enam produsen kendaraan yang lengkap, yang meliputi perusahaan milik negara, perusahaan swasta, dan perusahaan dengan investasi asing.

Salah satu alasan utama mengapa perusahaan-perusahaan kendaraan tersebut memilih Hefei adalah fakta bahwa rantai industri lokalnya berkaitan erat dengan industri otomotif, dengan kapasitas produksi yang tinggi untuk layar tampilan, cip, kecerdasan buatan, baterai, dan produk pendukung lainnya.

Dijuluki sebagai ibu kota energi baru, Kota Changzhou di Provinsi Jiangsu, China timur, memiliki rantai industri NEV yang cukup kompetitif berkat baterai listriknya.

Data menunjukkan bahwa integritas rantai industri baterai listrik di Changzhou mencapai 97 persen, menduduki peringkat pertama di China, sementara output-nya menyumbangkan 20 persen terhadap total nasional.

Keunggulan rantai pasokan dan industri dalam sektor NEV, serta pembangunan infrastruktur pendukung, seperti fasilitas pengisian daya, menjadi faktor pendukung kuat bagi pertumbuhan NEV China.

Pada Februari 2022, produksi kumulatif NEV di China melampaui 10 juta unit, dan pada Juli 2023, angkanya melampaui 20 juta unit. Dibutuhkan waktu 27 tahun sejak peluncuran unit kendaraan pertama hingga peluncuran kendaraan ke-10 juta, dan hanya 17 bulan untuk beralih dari unit ke-10 juta ke unit ke-20 juta.

China memiliki banyak talenta di bidang penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada aplikasi, kata Qin Lihong, salah satu pendiri sekaligus presiden produsen mobil listrik China, NIO. Dia menambahkan bahwa negara itu menarik semakin banyak orang untuk terlibat dalam penelitian dan pengembangan NEV.

Pada 2023, produsen mobil Jerman, Volkswagen Group, memilih Hefei sebagai lokasi pusat penelitian dan pengembangan terbesarnya di luar kantor pusatnya di Jerman.

"Dengan strategi 'Dibangun di China, Untuk China', kami sepenuhnya mengintegrasikan diri ke dalam ekosistem industri China," kata Chairman sekaligus CEO Volkswagen Group China Ralf Brandstatter dalam sesi wawancara dengan Xinhua.

Sebuah artikel opini yang dirilis oleh media asing baru-baru ini menyebutkan bahwa larangan total terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi China tidak sesuai dengan prinsip pasar bebas. Disebutkan pula bahwa kehadiran para kompetitor dari China dapat menjadi hal yang positif bagi pihak Barat, sebagaimana Volkswagen Jerman memiliki alasan untuk membuka pusat penelitian dan pengembangannya yang sangat besar di Hefei.

Industri NEV China telah menjadi sorotan dalam industri otomotif global, dengan skala pasar yang besar dan potensi pertumbuhannya yang kuat.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024