Enggak pernah ada Pak Erick ngomong seperti itu, ini kayaknya ada yang spin (memutarbalikkan) omongan.
Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus III Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga membantah bahwa Menteri BUMN Erick Thohir memerintahkan BUMN untuk memborong dolar Amerika Serikat (AS) sebagai upaya mengantisipasi dampak geopolitik global.

"Enggak pernah ada Pak Erick ngomong seperti itu, ini kayaknya ada yang spin (memutarbalikkan) omongan," ujar Arya, di Jakarta, Jumat.

Arya menegaskan, Erick Thohir tidak pernah sekalipun meminta korporasi yang berada di bawah BUMN untuk segera membeli dolar AS dalam jumlah besar.

Lebih lanjut, Arya menyebut, Kementerian BUMN senantiasa mendukung berbagai upaya Pemerintah untuk melindungi perekonomian Indonesia agar tidak terdampak dengan situasi geopolitik yang terus memanas.

"Pak Erick itu setuju dengan yang disampaikan oleh Pak Airlangga (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto), jadi tidak pernah Pak Erick itu menyuruh BUMN untuk memborong dolar," katanya pula.

Sebelumnya, Erick Thohir meminta BUMN perbankan menjaga secara proporsional porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga, dan harga minyak.

BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, diminta untuk mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Selain itu, BUMN yang berorientasi pasar ekspor seperti Pertambangan MIND ID, perkebunan PTPN bisa memanfaatkan tren kenaikan harga ini untuk memitigasi tergerusnya neraca perdagangan.

Erick mengatakan, BUMN yang memiliki utang luar negeri atau berencana menerbitkan instrumen dalam dolar AS, agar mengkaji opsi hedging untuk meminimalisasi dampak fluktuasi kurs.

"Seluruh BUMN diharapkan dapat waspada dan awas dengan memantau situasi saat ini, mengingat kemungkinan terjadi kenaikan tingkat suku bunga dalam waktu dekat," ujar Erick.

Erick meminta perusahaan-perusahaan BUMN melakukan langkah cepat dalam meminimalisasi dampak dari gejolak ekonomi dan geopolitik dunia.

BUMN perlu melakukan peninjauan ulang terhadap biaya operasional belanja modal, utang yang akan jatuh tempo, rencana aksi korporasi, serta melakukan uji stres untuk melihat situasi terkini serta melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan atau bunga utang dalam dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat.

Erick menilai, situasi ekonomi dan geopolitik tersebut sudah dan akan berdampak kepada Indonesia melalui Foreign Outflow dana investasi, yang diyakini akan memicu melemahnya rupiah dan naiknya imbal hasil obligasi.

Selain itu, dampak ini juga akan berimbas pada semakin mahalnya biaya impor bahan baku dan pangan karena gangguan rantai pasok.
Baca juga: Kurangi tekanan rupiah, BI minta korporasi tidak borong valas
Baca juga: Dolar AS menguat, investor borong dolar, yen, dan franc

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024