Sudah umum diketahui bahwa secara fundamental salah satu penyebab utama pelemahan rupiah adalah menurunnya neraca perdagangan, seiring dengan itu nilai tukar rupiah juga terdepresiasi,"
Jakarta (ANTARA News) - Ekonom INDEF Enny Sri Hartati menilai otoritas fiskal dan moneter perlu memfokuskan kebijakan yang dapat membidik faktor-faktor fundamental penyebab pelemahan nilai tukar untuk mencegah pelemahan rupiah ke arah lebih dalam.

"Sudah umum diketahui bahwa secara fundamental salah satu penyebab utama pelemahan rupiah adalah menurunnya neraca perdagangan, seiring dengan itu nilai tukar rupiah juga terdepresiasi," ujar Enny dalam sebuah seminar di Jakarta, Selasa.

Enny menuturkan, langkah fundamental mengurangi defisit neraca perdagangan adalah dengan mengendalikan impor migas maupun non migas.

Di sektor migas, target kuota BBM bersubsidi harus dipatok secara konsisten agar tidak terjadi pembengkakan.

Sementara itu, di sektor non migas terutama pangan, respon atas naiknya inflasi tidak selalu dapat diselesaikan dengan kebijakan impor.

"Faktanya, inflasi juga dipengaruhi oleh timpangnya struktur pasar komoditas pangan. Untuk itu, harus ada upaya riil dari pemerintah untuk menertibkan tata niaga komoditas pangan dan memperbaiki jalur distribusi barang dan jasa," kata Enny.

Selain langkah tersebut, lanjut Enny, untuk mengurangi tekanan defisit neraca perdagangan juga perlu dilakukan optimalisasi non tariff barrier (NTB). Pemerintah juga perlu mengevaluasi, merevisi, dan menerapkan secara tegas semua standar nasional Indonesia (SNI).

Di luar itu, pemanfaatan pasar domestik secara lebih optimal dengan memberi insentif bagi produk dalam negeri agar tidak semakin terdesak oleh produk-produk impor juga sangat diperlukan, ujarnya.

"Dengan meminimasi ruang gerak penetrasi produk impor di pasar dalam negeri, defisit neraca perdagangan akan lebih mudah diatasi dan stabilisasi rupiah dapat terealisasi," kata Enny.

Enny juga menambahkan, diversifikasi mata uang dalam pembayaran internasional perlu digalakkan. Dalam kontrak dagang dengan China dan Jepang misalnya, tidak harus pembayaran dalam dolar AS, mengingat mata uang negara-negara mitra dagang tersebut tidak dalam dolar AS.

"Jika valuta asing dalam pembayaran internasional dapat terdiversifikasi maka ketergantungan perekonomian Indonesia akan ketersediaan dolar AS dapat berkurang, sehingga nilai tukar rupiah akan lebih stabil," ujar Enny.
(C005/B008)

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013