Pameran yang berfokus pada "mentenagai industri yang berkelanjutan" (energizing a sustainable industry) ini akan berlangsung hingga Jumat (26/4) dan diikuti hampir 4.000 ekshibitor dari kurang lebih 60 negara dan kawasan.
Dari jumlah tersebut, ekshibitor asal China mencakup 30 persen dari total peserta pameran, terbanyak kedua setelah tuan rumah Jerman, menurut pihak penyelenggara.
Gelaran tahun ini juga menampilkan topik-topik penting termasuk digitalisasi, transformasi energi, serta kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (machine learning). Lebih dari 500 ekshibitor dari industri hidrogen dan sel bahan bakar juga akan menyuguhkan inovasi solusi energi mereka.
Dalam upacara pembukaan pameran pada Minggu (21/4) malam, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyebutkan bahwa harga energi yang meroket dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan pukulan besar terhadap ekonomi Jerman, kendati harga grosir untuk gas dan listrik belakangan telah kembali ke level sebelum krisis energi.
Dia menuturkan bahwa kontribusi industri Jerman terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan tetap tidak terputus bahkan selama transformasi energi.
"Kunci dari transformasi adalah menghasilkan lebih banyak listrik dengan cara yang ramah iklim dan harga yang terjangkau," ujar Scholz, seraya menambahkan bahwa pemerintah akan berusaha keras untuk menghasilkan 80 persen listrik dari tenaga surya dan tenaga angin yang terbarukan.
Pertama digelar pada 1947, Hannover Messe dikenal sebagai salah satu pameran perdagangan industri terkemuka di dunia.
Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024
