London (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun lagi pada Kamis (Jumat pagi WIB), dalam perdagangan tipis karena hari libur Thanksgiving di Amerika Serikat, sehingga investor fokus pada lonjakan besar tak terduga dalam stok minyak mentah AS.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari merosot 12 sen menjadi 92,18 dolar AS per barel, lapor AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Januari turun 43 sen menjadi berdiri di 110,88 dolar AS per barel di akhir perdagangan sore London.

Minyak mentah berjangka juga merosot pada Rabu (27/11) setelah Departemen Energi AS melaporkan bahwa stok minyak komersial meningkat sebesar tiga juta barel pada pekan lalu .

Itu jauh di atas 500.000 barel yang diperkirakan oleh para analis dalam survei oleh Wall Street Journal, dan memicu kekhawatiran tentang kelebihan pasokan di ekonomi terbesar dunia itu.

Kenaikan Rabu dalam stok minyak mentah adalah yang terbaru dalam serangkaian penumpukan besar mengejutkan dalam beberapa pekan terakhir. Sejak 13 September stok minyak mentah komersial telah meningkat lebih dari 10 persen.

"Minyak mentah WTI mengalami kerugian yang signifikan selama dua hari terakhir, sebagian besar didorong oleh kekhawatiran stok di AS," broker Phillip Futures yang berbasis di Singapura mengatakan dalam sebuah catatannya.

"Stok AS yang tinggi kemungkinan disumbangkan oleh terus menguatnya produksi di negara ini," katanya, menambahkan bahwa produksi mencapai 8,02 juta barel pada minggu yang berakhir 22 November, tingkat tertinggi sejak Januari 1989.

Harga minyak AS diperdagangkan di atas 100 dolar AS per barel untuk sebagian besar musim panas, tetapi telah turun di bawah itu sejak 21 Oktober karena meningkatnya pasokan dan pelonggaran ketegangan geopolitik, termasuk keputusan Washington untuk menunda aksi militer di Suriah dan hubungan yang lebih baik dengan Iran.

Patokan Eropa, Brent tetap didukung oleh meningkatnya kekhawatiran atas pertikaian politik di Libya, anggota dari kartel minyak OPEC, kata analis.

Para pengunjuk rasa dengan berbagai tuntutan telah memblokir terminal ekspor minyak dan gas Libya sejak akhir Juli, menyebabkan pendapatannya terjun 80 persen.


Penerjemah: Apep Suhendar

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013