Jakarta (ANTARA News) - Penghasilan petani di Karawang, Jawa Barat --yang dikenal sebagai salah satu lumbung padi Indonesia-- tetap hanya berkisar antara Rp500-Rp700 ribu per bulan meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. "Meskipun diupayakan dengan berbagai cara apapun, penghasilan petani, terutama yang luas lahannya sempit, tetap saja berkisar antara Rp500-700 ribu per bulan," kata Bupati Karawang Dadang S Muchtar, Kamis. Ketika melakukan panen perdana padi dengan teknologi WSF (Water Stimulated Feed) di Kecamatan Jatisari Kabupaten Karawang, dia menyatakan susahnya meningkatkan penghasilan petani padi karena ongkos produksi yang dikeluarkan selalu lebih tinggi dibanding pendapatan yang mereka peroleh dari hasil panen. Menurut bupati, biaya produksi yang dikeluarkan petani padi selama musim tanam bisa berkisar antara Rp2 juta hingga Rp3 juta per hektar. Jika areal persawahan mereka menghasilkan panenan sebanyak 4 ton per hektar, sementara harga padi sekitar Rp2.000/kg, maka pendapatan petani selama satu musim tanam mencapai Rp8 juta dan setelah dikurangi biaya produksi menjadi Rp5 Juta atau sekitar Rp1,2 juta per bulan. "Itu untuk petani yang tanahnya lebih dari satu hektar, sementara petani yang memiliki lahan kurang dari satu hektar pendapatannya lebih kecil dari itu," katanya. Oleh karena itu pihaknya menyambut positif diperkenalkan-nya teknologi WSF yang mampu menekan biaya produksi yang dikeluarkan petani sehingga diharapkan meningkatkan pendapatan mereka. Sebelumnya, Presiden Komunitas WSF Internasional, Umar Hasan Saputra menyatakan, teknologi WSF untuk tanaman padi mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen. Dikatakannya, teknologi WSF yang merupakan hasil penelitiannya selama 10 tahun adalah nutrisi esensial yang diperoleh dari produk olahan jagung bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tanaman. Melalui teknologi WSF dalam bentuk pupuk majemuk tersebut, tambahnya, selain mengurangi tingkat penggunaan pupuk kimia juga memperbaiki kesuburan tanah serta mendorong perkembangan mikroba yang diperlukan tanaman serta meningkatkan produktifitas tanaman. Menurut dia, penggunaan pupuk kimia pada tanaman padi bisa mencapai 600 kg per hektar setiap musim tanam sedangkan dengan teknologi WSF melalui pupuk majemuk techno hanya diperlukan 10 kg setiap hektarnya. Ismail seorang petani setempat menyatakan, pada areal persawahan seluas 5 hektar dia mengeluarkan biaya Rp950 ribu untuk pembelian pupuk urea namun dengan menggunakan pupuk techno hanya Rp300 ribu ongkos yang dikeluarkan atau menghemat Rp650 ribu.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006