Jakarta (ANTARA News) - Greenomics memperkirakan semburan lumpur panas Lapindo berpotensi mengakibatkan kerugian sampai Rp33,27 triliun. Besarnya angka kerugian tersebut, menurut siaran pers Greenomics yang diterima di Jakarta, Jumat, bisa lebih besar dalam jangka menengah dan panjang, jika terjadi eskalasi dari dampak turunan semburanlumpur panas itu. Menurut lembaga swadaya masyarakat itu, kerugian yang bersifat segera meliputi biaya penanganan sosial dan pembersihan lumpur diperkirakan bisa mencapai Rp7,96 triliun. Sementara biaya yang sifatnya sudah terjadi berupa hancurnya sistem ekologi akibat semburan lumpur panas, yang kerugiannya diperkirakan mencapai Rp4,63 triliun. Salah satu komponen biaya yang harus dikeluarkan secara cepat setelah lumpur panas sudah dalam kondisi telah dibersihkan adalah biaya restorasi lahan. Biaya itu merupakan biaya pemulihan kondisi lahan menjadi areal yang produktif kembali. Jika genangan lumpur panas tersebut cukup lama, maka biaya restorasi lahan tersebut diperkirakan bisa mencapai Rp3,97 triliun. Semburan lumpur panas Lapindo juga menyebabkan timbulnya kerugian ekonomi, baik secara individu, kelompok masyarakat, perusahaan, pemerintah, serta pihak-pihak terkait lainnya. Kerugian tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi regional terkait, bisa mencapai Rp4,34 triliun. Biaya pemulihan iklim bisnis dan ekonomi yang dibutuhkan, menurut Greenomics, diperkirakan mencapai Rp5,79 triliun. Sementara itu, biaya yang muncul akibat hilangnya kesempatan (opportunity costs) banyak pihak diperkirakan bisa mencapai Rp2,88 triliun. Kondisi tersebut juga menimbulkan ketidakpastian ekonomi yang nilai kerugiannya diperkirakan bisa mencapai Rp3,7 triliun. (*)

Copyright © ANTARA 2006