Jakarta (ANTARA) - Indonesia harus memastikan eskalasi konflik yang terjadi di sejumlah kawasan dunia, khususnya Timur Tengah, tidak berdampak ke dalam negeri, menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana.

“Karena perang di Timur Tengah itu dampaknya ke seluruh dunia. Kalau tidak berpengaruh ke Indonesia, berarti tidak berpengaruh ke dunia,” kata Hikmahanto dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Pengamat hubungan internasional itu mengatakan bahwa dampak buruk eskalasi konflik di Timur Tengah kini sudah mulai terasa pada sektor ekonomi karena permusuhan yang terjadi di kawasan itu telah mengakibatkan pelambatan ekonomi global.

Karena ekonomi nasional sangat terkoneksi dengan ekonomi dunia, Hikmahanto mendorong pemerintah Indonesia untuk mewaspadai dan mengambil langkah mengamankan ekonomi domestik dari dampak konflik di kawasan Timur Tengah.

Ia juga menyebut penguatan kebijakan ekonomi yang berorientasi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan ekonomi ke luar negeri menjadi sejumlah strategi yang bisa diambil pemerintah demi mencegah eskalasi konflik di luar negeri berdampak terhadap ekonomi nasional.

Selain itu, kata dia, pemerintah Indonesia juga perlu memperhatikan potensi dampak konflik terhadap stabilitas dan keamanan nasional. Hikmahanto pun menyoroti potensi keretakan di masyarakat --akibat mendukung salah satu kubu yang berkonflik-- juga harus diwaspadai.

“Yang perlu diwaspadai adalah, masyarakat Indonesia jangan sampai terbelah karena pro-Iran atau pro-Israel,” ucap Hikmahanto.

Baca juga: Pengamat: Masyarakat jangan terpengaruh isu konflik di Timur Tengah 

Dia juga menyeru supaya semua pihak mengusahakan de-eskalasi konflik, karena konflik kawasan, di mana pun terjadi, tidak akan membawa manfaat apapun dan justru merugikan masyarakat dunia.

“Satu-satunya cara ya perang harus diakhiri,” kata dia, menegaskan.

Di tengah agresi Israel ke Jalur Gaza yang terus berlangsung sejak 7 Oktober 2023, kawasan Timur Tengah semakin memanas akibat eskalasi perseteruan antara Iran dan Israel.

Permusuhan terbaru antara kedua musuh bebuyutan tersebut dipicu serangan Israel terhadap Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April lalu.

Iran menuding Israel bertanggung jawab atas serangan fatal terhadap fasilitas diplomatiknya yang menewaskan sedikitnya tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam Iran, termasuk dua jenderal penting.

Iran kemudian melancarkan serangan balasan dengan menembakkan puluhan rudal balistik dan ratusan pesawat nirawak ke Israel pada 13 April. Israel mengklaim serangan itu berhasil digagalkan dan hanya menyebabkan kerusakan ringan pada sebuah pangkalan militernya.

Baca juga: BPS: Konflik Timur Tengah berdampak kecil pada perdagangan Indonesia

Baca juga: Irak peringatkan bahaya eskalasi militer di tengah konflik Israel-Iran


Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024