Kesuksesan Indonesia menjadi negara penerbit Green Sukuk dengan nilai paling besar di dunia sangat diapresiasi oleh negara-negara anggota IsDB
Jakarta (ANTARA) -
Bank Indonesia terus berinovasi memaksimalkan manfaat penggunaan instrumen pasar yang berkelanjutan berupa green sukuk di pasar keuangan syariah jangka pendek guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
 
"Kesuksesan Indonesia menjadi negara penerbit Green Sukuk dengan nilai paling besar di dunia sangat diapresiasi oleh negara-negara anggota IsDB," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Senin.
 
Hal tersebut disampaikan Perry pada Annual Meeting IsDB ke-50 bertema Accelerating Climate Finance through Green and Sustainability Sukuk yang dihadiri 57 negara anggota IsDB (Islamic Development Bank/Bank Pembangunan Islam) di Riyadh, Arab Saudi yang berlangsung pada 29 April 2024.
 
Dalam kesempatan itu, ia juga menekankan tiga faktor kunci keberhasilan Indonesia dalam mengembangkan dan mengelola sukuk, yakni mendapatkan komitmen dan membangun proyek investasi yang kuat melalui mitra yang tepat, koordinasi seluruh pemangku kepentingan, serta sosialisasi secara masif.
 
Faktor kunci berikutnya adalah menetapkan strategi dan kerangka Green Sukuk yang jelas yang dilengkapi dengan dukungan politik, kebijakan dan pengaturan, serta kerjasama yang solid antar negara melalui praktik standar; serta melakukan penerbitan sukuk untuk mendorong kebijakan moneter dan pengembangan pasar uang.
 
Lebih lanjut sebagai bagian dari kebijakan dalam mendukung stabilitas nilai tukar, BI juga telah menerbitkan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) sebagai instrumen moneter pro-market yang dapat menjadi alternatif instrumen baru untuk mengelola likuiditas pelaku keuangan syariah.
 
Negara-negara anggota IsDB memandang BI telah sukses menjembatani pasar keuangan jangka panjang, khususnya pasar keuangan berbasis lingkungan, dengan pasar keuangan jangka pendek.
 
Capaian tersebut tercermin dari penerbitan Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) yang saat ini menjadi instrumen utama pendalaman pasar keuangan dan pengelolaan moneter syariah di BI.
 
Penggunaan instrumen green sukuk sebagai underlying penerbitan SUKBI dinilai menjadi hal yang perlu untuk dieksplorasi berbagai bank sentral anggota IsDB dan diperluas kemanfaatannya dalam pendalaman pasar keuangan syariah global.
 
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati mengatakan Pemerintah Indonesia menerbitkan sukuk ritel hijau (retail-domestic green sukuk) senilai Rp21,8 triliun sejak 2019 hingga 2022 dalam rangka mengatasi perubahan iklim.
 
Selain sukuk ritel, Indonesia juga menerbitkan sukuk hijau global mencapai 5 miliar dolar AS sejak 2018 hingga 2022.
 
"Kita juga mengembangkan instrumen fiskal dan keuangan di dalam rangka mengatasi isu climate change, salah satunya adalah dalam bentuk instrumen green bond atau juga yang kita combine dengan sukuk atau syariah based instrument," kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (27 November 2023).
 
Dalam acara World Bank yang bertemakan Climate Change and Indonesia's Future: An Intergenerational Dialogue itu, Menkeu Sri Mulyani menuturkan penerbitan sukuk hijau (green sukuk) tersebut mampu mengurangi emisi hingga sekitar 10,5 juta ton CO2e.

Baca juga: BI dan IFSB susun rencana pengembangan keuangan syariah global
Baca juga: Menggali dana pembiayaan hijau demi mengatasi perubahan iklim
Baca juga: Kadin: Indonesia maksimalkan sukuk hijau guna wujudkan green financing

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024