Kendari (ANTARA) - Bupati Wakatobi Haliana mengajak seluruh peserta konferensi internasional Perhimpunan Cagar Biosfer Asia Tenggara atau Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) ke-15 di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara bersama-sama menangani isu lingkungan dunia.

Bupati Wakatobi Haliana di Wakatobi, Selasa, mengatakan saat ini dunia sedang menghadapi isu lingkungan tentang perubahan iklim, polusi, degradasi lingkungan, dan kehilangan keanekaragaman hayati.

"Untuk itu, diperlukan penguatan jaringan kolaboratif regional agar bisa menangani hal tersebut," kata dia.

Dia menyebutkan konferensi internasional di daerah tersebut sejalan dengan visi Kabupaten Wakatobi 2021-2026, yaitu Wakatobi Menjadi Kabupaten Konservasi Maritim yang Sentosa.

"Pelaksanaan SeaBRnet di Kabupaten Wakatobi ini adalah kehormatan dan kepercayaan bagi Pemerintah Kabupaten Wakatobi ini," ujarnya.

Baca juga: Pemkab: Persiapan SeaBRnet di Wakatobi sudah 100 persen Pihaknya akan memfokuskan pertemuan SeaBRnet untuk kemajuan aksi lima PERU dan persiapan menuju kongres cagar biosfer dunia ke-5 di Hangzhou, China, pada 2025.

"Selain itu, kita juga akan meluncurkan inisiatif baru bertajuk 'Sustaining our eceans: building healty relationship with oceans in Wakatobi BR through education for sustainable development (Melestarikan lautan kita: Membangun hubungan sehat dengan lautan Wakatobi melalui edukasi untuk pembangunan berkelanjutan)'," jelasnya.

Haliana berharap, konferensi internasional tersebut tidak sebatas seremonial, akan tetapi berdampak pada masa depan cagar biosfer di Asia Tenggara.

"Wakatobi akan terus berkomitmen dan mendorong jaringan kolaboratif regional ini untuk membangun kolaborasi dan menggalang kekuatan dalam melakukan inisiatif-inisiatif konkret, serta aksi nyata melalui terobosan-terobosan yang inovatif," kata Haliana.

Ia mengungkapkan bahwa Kabupaten Wakatobi terbuka untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam menata kelola cagar biosfer yang efektif dan efisien.

"Bahkan Wakatobi mengusulkan diri ke UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan) sebagai hub atau jaringan kolaboratif regional cagar biosfer se-Asia Tenggara," ucap dia.

Haliana menyebut Kabupaten Wakatobi gugusan pulau-pulau kecil yang rentan terhadap ancaman perubahan iklim. Total luas wilayah Wakatobi sekitar 1.390.000 hektare juga kawasan konservasi yang dihuni 115.717 jiwa.

"Upaya kolaborasi pemerintah daerah, taman nasional, dan masyarakat hukum adat merupakan salah satu pendekatan efektif dalam pengelolaan kawasan cagar biosfer Wakatobi, guna menjamin keberlanjutan kehidupan sosial ekonomi masyarakat," demikian Haliana.

Baca juga: KKP: Proyek Modelling Rumput Laut di Wakatobi telah beroperasi
Baca juga: Keanekaragaman hayati jadi aset berharga bagi Indonesia
Baca juga: Kementerian PUPR melanjutkan penataan KSPN Wakatobi di Sultra

 

Pewarta: La Ode Muh. Deden Saputra
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024