Kami memperkirakan perekonomian Sumut terakselerasi dan berada di angka 4,5 persen-5,3 persen.
Medan (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara (BI Sumut) yakin perekonomian Sumut kokoh pada tahun 2024, meski berada di tengah ketidakstabilan global yang masih mempengaruhi dunia.

"Kami memperkirakan perekonomian Sumut terakselerasi dan berada di angka 4,5 persen-5,3 persen," ujar Kepala Perwakilan BI Sumut IGP Wira Kusuma, di Medan, Selasa.

Adapun pertumbuhan ekonomi di Sumut pada tahun 2023 adalah 5,01 persen.

Wira melanjutkan, menurut BI, setidak-tidaknya ada lima faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumut tahun 2024.

Kelima hal itu, yakni optimisme permintaan domestik yang kuat, penyelenggaraan Pemilu 2024 dan PON Sumut, adanya keberlanjutan program perlindungan sosial pemerintah, prospek investasi Sumut yang tetap cerah kala lesunya ekonomi dunia serta tingginya permintaan sawit domestik seiring berlangsungnya hilirisasi industri untuk bahan bakar biodiesel B30 juga B40.

Sementara kondisi yang berpeluang menekan ekonomi Sumut disebut Wira adalah konflik geopolitik dunia yang mengganggu rute perdagangan global dan pembatalan beberapa proyek strategis nasional.

Satu hal lagi, negara mitra dagang Sumut yakni China juga menghadapi perlambatan ekonomi lantaran terjadinya permasalahan struktural di sana.

"Situasi makro ekonomi global ini masih terus kami waspadai," kata Wira.

Kemudian, BI pun memproyeksikan inflasi Sumut pada tahun 2024 "year on year" tetap terjaga di sasaran inflasi yang diinginkan pemerintah yaitu 2,5 plus minus satu persen.

Pada Desember 2023, inflasi Sumut ada di angka 2,25 persen "year on year" (yoy) dan Desember 2022 yaitu 6,12 persen (yoy).

Menurut Wira, kebijakan termasuk pengendalian inflasi pemerintah dan BI melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan kerangka 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi serta komunikasi efektif) mampu menahan inflasi.

Di luar itu, kenaikan inflasi Sumut juga bisa diadang via penerapan kebijakan subsidi domestik, pelaksanaan inspeksi pasar menjelang hari besar keagamaan, pemanfaatan anggaran pengendalian inflasi, peningkatan produksi pangan dan pemahaman yang baik terhadap potensi gangguan pasokan pangan.

Namun, BI Sumut tetap meminta semua pihak berkepentingan untuk memperhatikan faktor yang dapat mendorong inflasi, yaitu terbatasnya pasokan pangan, peningkatan permintaan masyarakat, potensi kenaikan tarif cukai rokok, konflik geopolitik, gangguan produksi hortikultura karena fenomena El Nino dan kenaikan gaji ASN.
Baca juga: BI Sumut: Digitalisasi penting untuk pertumbuhan ekonomi syariah
Baca juga: Sekda: North Sumatera Invest dorong akselerasi investasi di Sumut


Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024