Denpasar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mulai memanfaatkan layanan peringatan dini demam berdarah berbasis iklim atau DBDklim gagasan BMKG untuk mengantisipasi penyebaran DBD.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan dalam keterangan yang diterima di Denpasar, Rabu, menjelaskan DBDklim adalah inisiatif penyajian informasi yang menjembatani ilmu iklim dan kesehatan masyarakat.

“Dengan memanfaatkan prediksi iklim, informasi ini bertujuan untuk mengurangi kejadian demam berdarah, mencegah wabah, melindungi masyarakat, dan mendorong praktik kesehatan dan berkelanjutan,” kata dia.

Bali sendiri merupakan lokasi kedua penerapan layanan ini setelah 5 tahun terakhir diterapkan di DKI Jakarta dan dipandang cukup berhasil.

Baca juga: Menkes respons soal turis Australia yang kena DBD di Bali

Baca juga: Dinkes Bali: Kasus meninggal akibat DBD menurun, meski tetap tinggi


Ardhasena menyampaikan pemanfaatan layanan ini berupa informasi prediksi kecocokan kelembapan dan angka kasus demam berdarah di sebuah wilayah, sehingga ketika terlihat potensi kasus bisa dilakukan pencegahan terlebih dahulu.

Layanan DBDKlim untuk Bali sendiri dapat diakses masyarakat melalui portal https://staklim-bali.bmkg.go.id yang akan diperbaharui setiap bulan oleh BMKG.

“Beberapa penyakit potensial KLB sangat dipengaruhi oleh musim, antara lain penyakit saluran nafas, saluran cerna dan penyakit bersumber vektor, sehingga dengan DBDKlim ini bisa langsung ditentukan langkah pencegahan,” ujarnya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra dalam kegiatan peluncuran sekaligus seminar bersama BMKG tersebut menyambut naik terobosan untuk menanggulangi demam berdarah

Ia mengakui kasus DBD di Bali cukup tinggi terutama di Denpasar, Badung, dan Gianyar, sehingga dengan data potensi kasus yang mengacu pada kondisi iklim ini bisa dijadikan pedoman pencegahan.

“Jadi bukan membuat angka DBD di Bali menurun, namun melalui data dan variabel yang dibuat oleh BMKG melalui DBDKlim, dinas kesehatan bisa membuat skema dan langkah penanggulangan yang tepat,” kata dia.

Birokrat nomor satu di Pemprov Bali itu mengatakan sebenarnya mereka sudah mencoba menanggulangi nyamuk penyebab demam berdarah melalui wolbachia, namun masih menjadi pro dan kontra di masyarakat.

Untuk itu selain memanfaatkan bantuan BMKG dengan layanan ini, Pemprov Bali berharap masyarakat turut teredukasi dengan pentingnya inovasi wolbachia untuk terus menekan kasus DBD.*

Baca juga: Wisman kena DBD, Dinkes Bali sarankan wisatawan vaksin demam berdarah

Baca juga: Kemenkes ingatkan wisatawan Bali waspadai DBD

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024