AsiaNet 55275

TOKYO, 10 Desember 2013 (ANTARA/Kyodo JBN-AsiaNet) -- Para pemimpin organisasi penderita kusta yang berasal dari sembilan negara dan Yohei Sasakawa, Duta Besar WHO untuk Perlawanan terhadap Kusta dan Ketua Umum The Nippon Foundation, telah menulis surat kepada Paus Fransiskus, yang berisi permintaan Gereja Katolik untuk menyuarakan perlawanan terhadap diskriminasi terkait penyakit kusta yang memunculkan stigma negatif terhadap para penyandang kusta.   

Surat tersebut muncul terkait penggunaan kata "kusta" oleh Paus dalam pidatonya. Beberapa bulan lalu, Paus pernah berkata "karirisme bagaikan penyakit kusta" dan "Mahkamah kepausan adalah bagaikan penyakit kusta bagi kepausan."

Dalam surat tertanggal 10 Desember tersebut, Sasakawa dan sejumlah perwakilan organisasi penderita kusta yang berasal dari Brazil, Kolombia, Ethiopia, Ghana, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, dan the Amerika Serikat mengungkapkan bahwa penggunaan kata kusta sebagai metafora untuk sesuatu yang memiliki makna negatif atau kotor "memunculkan stereotip buruk yang mengakar dan membuat penderita kusta semakin sulit untuk memerangi dampak sosial, ekonomi, dan psikologi."

Kusta, atau leprosy, yang juga dikenal sebagai penyakit Hansen, adalah penyakit yang berasal dari bakteri yang biasanya menyerang jaringan kulit dan saraf perifer. Jika tidak diobati, penyakit ini akan menyebabkan kelumpuhan permanen bagi penderitanya. Tiap tahunnya, sekitar 230.000 kasus baru selalu muncul.  

Meskipun penyakit ini dapat disembuhkan dan perawatannya gratis, para penderita tetap harus menghadapi tekanan diskriminasi di sejumlah negara, sehingga pada akhirnya mereka terkucilkan dan termarjinalkan.

Pada bulan Desember 2010, PBB mensahkan ketetapan penghapusan diskriminasi terhadap penderita kusta dan anggota keluarganya. Ketetapan tersebut, yang salah satu tujuan penyusunannya untuk menghentikan penggunaan terminologi yang merendahkan, menyerukan kepada media untuk mendeskripsikan penderita kusta dengan cara yang lebih terhormat dan menetapkan peran pemimpin agama di dalam menghapus diskriminasi melalui ajaran dan tulisan mereka.

Dalam surat tersebut, para penandatangan menyatakan bahwa mereka akan "sangat menanti partisipasi Gereja Katolik dalam perhelatan Hari Kusta Dunia 2014 demi mengakhiri stigma dan diskriminasi  terhadap penderita kusta - termasuk dalam penggunaan bahasa diskriminatif" - Selain itu, mereka juga menantikan tanggapan dari Paus terhadap surat tersebut.

"Kami semua siap bergabung dengan Yang Mulia untuk mengakhiri diskriminasi yang memunculkan stigma negatif."

Hari Kusta Dunia 2014 jatuh tanggal 26 Januari.

Sumber: The Nippon Foundation

Kontak:
Natsuko Tominaga
Departemen Hubungan Masyarakat
The Nippon Foundation
Tel: +81-3-6229-5131
E-mail: pr@ps.nippon-foundation.or.jp

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013