Jakarta (ANTARA) - Hujan tak selalu menjadi momen yang ditunggu. Pasalnya, curah hujan tinggi bisa menyebabkan datangnya banjir dan sering kali menciptakan kisah pilu bagi kehidupan warga Jakarta.
 
Kesegaran alam yang seharusnya warga Jakarta nikmati ketika hujan menyentuh tanah, kadang berubah menjadi aliran air deras yang merendam daratan Jakarta.
 
Belum lagi, letak geografisnya yang membuat Jakarta rentan akan banjir. Letaknya berada di dataran rendah antara hulu sungai dan pesisir.
 
Kondisi tanah yang tidak dapat menyerap air dengan baik ke dalam tanah atau adanya hambatan pada aliran sungai akibat sampah,  juga masih menjadi pemicu banjir.
 
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melanjutkan penanganan banjir, salah satunya menjadikan pembangunan sumur resapan masuk dalam program prioritas hingga 2025. Sumur resapan dapat digunakan sebagai wilayah tangkapan air untuk meminimalisasi terjadinya banjir.
 
Melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Pemprov DKI Jakarta melakukan berbagai inovasi pengendalian banjir melalui rencana peta jalan yang menjadi landasan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025 -- 2045.
 
Hingga Desember 2023, tercatat ada 29.833 titik sumur resapan di Jakarta. Pemprov DKI Jakarta berkomitmen menjaga sumur-sumur resapan tersebut demi menjaga efektivitas pengendalian banjir.

"Saat ini Dinas SDA DKI Jakarta melakukan pembangunan dan revitalisasi embung di wilayah hulu yang fungsinya sebagai waduk konservasi," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum.
 
Selain itu, Dinas SDA DKI Jakarta juga terus melakukan pengecekan untuk pemeliharaan agar sumur resapan berfungsi optimal dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan pengguna jalan
 
Komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam menanggulangi banjir--melalui Dinas SDA--tetap menganggarkan biaya pemeliharaan sumur resapan di setiap Suku Dinas SDA di lima wilayah Kota Administrasi Provinsi DKI Jakarta.
 
 
Pembangunan embung
 
Pemprov DKI Jakarta juga mencatat, pada 2024 ini terdapat lima pompa polder yang sedang dibangun dan dua lokasi pompa stasioner yang direvitalisasi.

Ada pula delapan waduk kecil yang dibangun, dengan rincian enam embung merupakan pembangunan lanjutan dan dua embung baru.
 
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meninjau Rumah Pompa Air Sentiong di Ancol, Jakarta Utara, Kamis (29/2/2024). ANTARA/Luthfia Miranda Putri
Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebutkan beberapa konsep untuk penanggulangan banjir di Jakarta, salah satunya membangun embung (waduk kecil).
 
Berdasarkan data Dinas SDA DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI berencana membangun 12 waduk, situ, embung, dan empang pada tahun 2024. Delapan dari 12 perencanaan itu merupakan lanjutan dari pembangunan tahun-tahun sebelumnya.
 
Adapun rinciannya, yakni Waduk Kampung Rawa Malang, Waduk Marunda (lanjutan), Waduk Kali Cipinang Kelurahan Dukuh (lanjutan), embung di Jalan Penganten Ali 3 (lanjutan), dan embung di Jalan H Dogol (lanjutan).
 
Waduk Kompleks Puspalad, Cakung Barat (lanjutan), embung Jalan Mesjid 3 (Embung Bau Bangkong), Cipayung (lanjutan), dan RTH Kampung Dukuh, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Kramat Jati (lanjutan).
 
Lalu, Embung Pekayon, Pasar Rebo (lanjutan), Waduk Jalan Kaja II, Embung Pemuda dan Embung SD 01 Pesanggrahan. Hingga kini sebanyak 147 waduk, situ, embung, dan empang telah terbangun di wilayah DKI Jakarta.
 
Selain itu, Dinas SDA DKI Jakarta juga menerapkan enam inovasi pengendali banjir yang ditempatkan pada lokasi-lokasi langganan banjir setiap kali hujan deras. Inovasi ini akan diimplementasikan dan diteruskan untuk meminimalkan dampak curah hujan tinggi.
 
Enam inovasi pengendalian banjir, yakni pembangunan infrastruktur pengendali banjir seperti embung, penguatan tanggul kali, pembangunan sistem polder, penyiagaan, serta pengecekan berkala rumah pompa, pintu air, hingga penyediaan alat berat.
 
Selanjutnya penyiagaan satuan tugas (satgas) di lapangan dan peningkatan kapasitas drainase kawasan.
 
 
Tambah saluran air
 
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai sumur resapan untuk memitigasi banjir di Jakarta perlu ditopang pembangunan saluran air (gorong-gorong).
 
cara kerja sumur resapan dinilai berpengaruh jika hujan dalam intensitas ringan hingga sedang. Namun, jika hujan mulai deras maka sumur resapan kurang maksimal mencegah banjir, apalagi jika berada di dataran rendah.
 
Oleh karena itu, sumur resapan hanya efektif untuk membantu meresapkan air dan mengurangi genangan air dalam skala kecil, misalnya, halaman rumah atau taman rumah, halaman sekolah, dan taman lingkungan.
 
Lain halnya jika dibantu dengan pembangunan saluran air, maka drainase bisa menampung air lebih maksimal karena air yang ditampung terus mengalir. Hal ini beda dengan sumur resapan yang dalam posisi berhenti atau diam.
 
Meski demikian, Trubus menyarankan Pemprov DKI Jakarta tetap membangun lebih banyak lagi sumur resapan, khususnya berfokus pada titik-titik yang memang rawan banjir. Tak hanya itu, demi keamanan dan kenyamanan warga, perlu melakukan pengecekan rutin dan perawatan sumur resapan agar dapat berfungsi maksimal.
 
Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono  menegaskan bahwa pencegahan banjir tidak bida hanya dilakukan oleh satu pihak, berbagai  pihak harus terlibat untuk mendukung mengatasi banjir.
 
Selain itu, warga Jakarta harus membiasakan hidup bersih, seperti tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong menjaga kebersihan selokan, serta menciptakan lingkungan yang sehat.
 
Sejumlah anak-anak tengah bermain air di permukiman warga yang terendam banjir di Kebon Pala, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (4/5/2023). ANTARA/Luthfia Miranda Putri
Menurut pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Nirwono Yoga untuk mengurangi banjir harus fokus pada penyebabnya, yakni banjir kiriman akibat luapan air sungai. Oleh karena itu, yang harus dibenahi adalah badan sungai dengan didukung keberadaan danau, embung, hingga dan bendungan.
 
Banjir lokal akibat buruknya saluran air harus diatasi dengan merehabilitasi saluran air secara menyeluruh disertai penambahan luas ruang terbuka hijau (RTH) sebagai daerah resapan air. Adapun banjir rob di pantura Jakarta diatasi dengan merestorasi kawasan pesisir pantai dan reforestasi hutan mangrove.
 
Warga Kelurahan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Dodit Hidayat (33), menyebut sumur resapan yang ada di kawasan tempat tinggalnya berperan penting dalam mengurangi genangan air atau banjir.
 
"Di Jalan Mangunsarkoro, Menteng, itu ada lima lebih sumur resapan. Ini bagus buat mengurangi genangan sehingga sumur resapan harus ditambah lagi di titik lain biar lebih optimal menyerap air," katanya.
 
Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024