Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengatakan meskipun talasemia belum dapat disembuhkan, namun deteksi dini dapat mencegah kelahiran bayi-bayi yang menjadi pembawa penyakit tersebut.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti mengatakan secara global, setiap tahun 300 ribu hingga 500 ribu bayi dilahirkan dengan talasemia mayor, dengan 80 persen di antara angka tersebut berada di negara berkembang dan berpenghasilan rendah serta menengah.

"Diestimasikan sekitar 2.500 bayi terlahir dengan talasemia beta mayor setiap tahunnya di Indonesia," ujar dia dalam temu media secara daring dalam rangka Hari Talasemia Sedunia di Jakarta, Selasa.

Dia menyebut Indonesia terletak di sepanjang sabuk talasemia, di mana tiga hingga 10 persen populasi Indonesia pembawa sifat talasemia beta, sementara 2,6-11 persen merupakan pembawa sifat talasemia alpha.

Ia menjelaskan talasemia penyakit kelainan darah yang diturunkan dari orang tua kepada anak-anak dan keturunannya, di mana protein pembentuk hemoglobin utama manusia berkurang atau tidak terbentuk, sehingga sel darah merah mudah pecah dan umur sel darah merah pendek.

Baca juga: BPJS Kesehatan gandeng komunitas talasemia perluas edukasi JKN

Ia menilai biaya perawatan talasemia menjadi nomor lima terbesar dalam daftar penyakit katastropik yang ditangani BPJS Kesehatan.

Selain beban pembiayaan yang berat, ujarnya, talasemia memengaruhi kondisi psikis penderita.

"Tidak jarang perubahan fisik pada penyandang juga menjadi ejekan di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari sehingga kita penting untuk bisa meminimalisir hal tersebut," kata dia.

Dia mengatakan deteksi dini pembawa sifat talasemia cukup dilakukan sekali seumur hidup.

Pada 2023, Kementerian Kesehatan melakukan uji coba pelaksanaan skrining pembawa sifat pada anak sekolah di 21 sekolah di DKI Jakarta, dan ditemukan sekitar 5,6 persen anak sekolah yang diskrining tersebut merupakan pembawa sifat talasemia.

"Jika kita bisa mengidentifikasi dan mengedukasi para pembawa sifat agar tidak menikah dengan sesama pembawa sifat sehingga kita dapat mencegah kelahiran bayi talasemia mayor pada setidaknya kemungkinan pernikahan 50 persen pembawa sifat ini," ujarnya.

Baca juga: Tingkat Kesadaran Publik, Aksesibilitas, dan Keterjangkauan Informasi Berperan Penting dalam Deteksi Awal Talasemia
Baca juga: Kapan skrining talasemia perlu dilakukan?
Baca juga: Talasemia dapat ditegakkan melalui analisis hemoglobin

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024