Jakarta (ANTARA News) - Penerbangan gelap atau "black flight" masih sering terjadi di atas wilayah RI, karena itu diperlukan kesiapsiagaan dari seluruh unsur TNI Angkatan Udara (AU) untuk mempertahankan kedaulatan NKRI. "Masih sering terjadi, baik penerbangan gelap maupun penerbangan tanpa izin," kata Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsekal Madya Wresniwiro kepada ANTARA News di Jakarta, Senin, usai membuka Latihan Puncak TNI AU "Angkasa Yudha" 2006. Ia mengatakan salah satu bentuk kesiapsiagaan seluruh satuan TNI AU untuk mengantisipasi penerbangan gelap itu antara lain memperbanyak jumlah radar, pesawat terbang, dan rudal-rudal anti-pesawat terbang. Namun, lanjut Wresniwiro, hal itu belum dapat dipenuhi secara ideal sehingga diperlukan alternatif penyelesaian seperti bersinergi dengan radar sipil. Itu pun masih dirasa kurang. Karena itulah, katanya, kebutuhan paling mendesak adalah menggelar beberapa satuan radar lagi di sejumlah titik di wilayah timur Indonesia. Wilayah udara Indonesia bagian timur sampai sekarang diakui masih banyak "bolong-bolongnya", salah satunya di Biak yang baru beroperasi. Selain peralatan, kesiapsiagaan seluruh unsur TNI AU juga penting tidak saja untuk situasi perang tetapi juga untuk operasi kemanusiaan salah satunya diasah melalui latihan puncak Angkasa Yudha. Angkasa Yudha merupakan sandi latihan puncak Angkatan Udara yang merupakan perwujudan dari upaya pemantapan dan peningkatan profesionalitas prajurit dilandasi disiplin, jiwa juang dan dedikasi yang tinggi. Latihan Angkasa Yudha yang melibatkan seluruh Komando Utama Angkatan Udara dalam bentuk latihan pos komando (Latposko) diselenggarakan 28 hingga 31 Agustus 2006 dan akan dilanjutkan dengan manuver lapangan, di Lanud Pekanbaru pada 10 sampai 13 September 2006. Pada Latihan Posko Angkasa Yudha 2006, peserta latihan mengikutinya dengan tetap berada di satuan/markas masing-masing. Komunikasi selama latihan, lisan dan tulisan dilaksanakan dengan bantuan jaring Virtual Private Network-Internet Protocol (VPN-IP) dan telekonferensi. "Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada penyelenggaraan Angkasa Yudha 2006, merupakan kemajuan baru yang akan terus ditingkatkan untuk mendukung efektivitas dan efesiensi penggunaan seluruh sumber daya TNI AU, sekaligus menjamin daya proteksi untuk menjaga kerahasiaan sebagai faktor penting dalam setiap operasi militer," kata Wresniwiro. Angkasa Yudha 2006 ini diselenggarakan untuk menguji rencana operasi komando utama untuk menjamin tegaknya hukum dan terjaganya keamanan pada satu bagian wilayah nasional yang diasumsikan mendapat gangguan dan ancaman musuh, sekaligus implementasi doktrin Angkatan Udara Swa Bhuana Paksa beserta petunjuk-petunjuk operasi yang ada. Pada 2006, Latihan Puncak matra udara Angkasa Yudha mengusung tema "Melalui Angkasa Yudha 2006, Koopsau dan Kohanudnas mampu melaksanakan operasi udara untuk pencapaian keunggulan dan supremasi udara sehingga pengendalian udara dapat diwujudkan secara penuh untuk daerah Sumatera dan sekitarnya dalam rangka penyelenggaraan pertahanan udara yang handal".(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006