Yangon (ANTARA News) - Setidak-tidaknya, tiga orang tewas akibat ledakan di provinsi Shan, Myanmar, saat gencatan senjata sementara masih berlaku antara pemberontak suku dengan tentara di satu bagian negara tersebut, kata polisi pada Selasa.

"Tiga orang tewas dan dua lagi terluka dalam ledakan pada siang ini di kota Kong Long di wilayah utara provinsi Shan," kata Kolonel Polisi Min Aung di markas besar polisi kepada AFP, tanpa memberikan kepastian bahwa ledakan itu disebabkan oleh bom.

"Kami masih menyelidiki," tambahnya.

Myanmar diguncang serangkaian serangan bom pada Oktober.

Tiga orang tewas dalam sebuah serangan di provinsi Shan di timur negara tersebut, setelah sebuah bom ditanam di hotel berbintang di Yangon melukai seorang warga Amerika.

Legislator untuk daerah pemilihan Kong Long mengatakan ledakan itu berasal dari "bom waktu yang disambungkan dengan tambang".

"Ledakan itu benar-benar kuat. Kami mendengarnya sangat keras. Kaca-kaca di beberapa gedung hancur berkeping-keping," kata Haw Shauk Chan, anggota dewan rendah dari Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan seraya menambahkan bahwa jumlah korban tewas sebanyak empat orang.

Ledakan bom relatif sering terjadi di era pemerintahan junta sebelumnya, yang biasanya menuding kelompok pemberontak bersenjata atau pemberontak etnis yang bertanggung jawab.

Namun peristiwa seperti itu semakin jarang terjadi di bawah pemerintahan rejim setengah sipil yang mulai berkuasa sejak 2011.

Pemerintahan Presiden Thein Sein telah mencapai kesepakatan damai dengan kelompok pemberontak etnis sebagai bagian dari reformasi politik yang telah mendorong negara-negara Barat untuk mencabut sebagian besar sanksi dan memicu arus masuk pelancong asing ke negara itu.

Ledakan pada Selasa itu terjadi saat Myanmar menjadi tuan rumah pesta olahraga Asia Tenggara SEA Games di ibukota Naypyidaw, ditengah ketatnya pengamanan untuk menghadapi kekhawatiran bahwa kelompok pemberontak akan menjadikan peristiwa penting itu sebagai target serangan, demikian AFP melaporkan.

(SYS/S022/B002)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013